Saturday, July 14, 2018
Thursday, July 5, 2018
On July 05, 2018 by Auli in Pendidikanah No comments
Fenomena Mother Distrust
Silahkan browsing "mama bangs*t", maka akan muncul ribuan tweet anak-anak remaja mengtweet "mama bangs*t" atau memaki ibu mereka pada akun sosialnya. Menyedihkan. Apa pasal?
Rupanya, banyak ibu sekarang, yang melupakan arti bonding, atau kelekatan kasih sayang untuk anak anaknya.
Ada seorang anak Pejabat, yang memiliki kelimpahan materi. Membuang Iphone seharga 3juta rupiah, melempar laptop mac seharga 35juta rupiah ke kolam renang rumahnya. Hanya karena dilarang keluar malam oleh Ayahnya. Ketika si ibu datang, melarang anaknya, keluar lah kalimat kebun binatang pada si ibu.. *Astaghfirullah..
Setelah diselidiki. Si anak curhat. Bahwa sejak bayi, ia tidak punya bonding terhadap ibu nya. Ibu nya terlalu sibuk bekerja meraih karir, ia jarang merasakan belai kasih ibu nya.
Para Bunda, ternyata hak anak untuk bisa menyusui adalah mutlak, dia menemukan kasih sayang, kenyamanan, cinta kasih lewat emotional bonding dgn ibu nya ketika menyusu. Jangan pernah cepat-cepat disapih.
Maka nya, ketika anak masih bayi, tidak ada istilah bau tangan, anak butuh segera gendong. Karena dia butuh mendapatkan rasa aman dan cinta. Kalau dibiarkan lama-lama, dia akan menjadi anak yg memikirkan diri sendiri tidak memahami perasaan orang lain.
Fungsi ibu memberi rasa aman. Sedang Ayah, menegakkan aturan. Ketika ibu sebagai ratu di rumah tidak lagi dirindukan, anak akan betah lama lama di luar.
Harus menularkan energi positif kepada anak.
Ketika melihat anak bandel, nakal, harusnya anak tersebut lebih butuh kasih sayang dan perhatian kita.
Ketika melihat anak bandel, nakal, harusnya anak tersebut lebih butuh kasih sayang dan perhatian kita.
Kebutuhan seorang ibu :
1. Ibu harus punya 'me time'
2. Couple (ibu harus punya waktu berdua bersama pasangan. Wanita yang sehat jiwa nya, harus mengeluarkan 20.000 kata per hari. Jalan bersama, membahas tentang anak)
3. Family time (waktu bersama keluarga inti)
4. Social Time
1. Ibu harus punya 'me time'
2. Couple (ibu harus punya waktu berdua bersama pasangan. Wanita yang sehat jiwa nya, harus mengeluarkan 20.000 kata per hari. Jalan bersama, membahas tentang anak)
3. Family time (waktu bersama keluarga inti)
4. Social Time
Aspek diatas harus seimbang. Skill dasar seorang wanita, menulis. Karena emosi yang tidak keluar atau disalurkan, akan rentan membuat ibu menjadi kasar dan emosional. Curahkan isi kepala dan hati lewat tulisan.
Rumus mendidik anak di era sekarang, adalah menjebol privasi si anak. Jangan GR ketika anak memprotect hp, jangan menganggap dia mandiri. Hati hati.
Kejadian nyata, anak 2 smp, punya akun fb, berteman dengan pemuda yang status FB nya penuh motivasi. Si gadis kagum. Kopi darat, si ibu tidak tahu.
Ternyata si cowok punya niat tidak baik. Awal ketemuan pegangan tangan, lalu mulai berani yang lebih. Tapi si anak perempuan selalu menolak. Sampai suatu waktu, anak gadis di telepon pacarnya tengah malam, ia berbohong bilang menjadi korban begal. Si gadis karena kadung cinta, keluar malam itu hendak menolong pacarnya. Di tempat sepi, ia nyaris mau dinodai. Bersyukur ada bapak bapak melihat dan segera menolong anak gadis tersebut. Si ibu nyaris pingsan. Anak yang dikira baik, dikira tidur di kamarnya, ternyata sudah pacaran 2 tahun dengan pemuda tersebut. Si anak tidak mau cerita dan terbuka dengan bunda nya. Kenapa? Karena bunda nya bukan menjadi tempat yang asik untuk diajak curhat.
Ternyata si cowok punya niat tidak baik. Awal ketemuan pegangan tangan, lalu mulai berani yang lebih. Tapi si anak perempuan selalu menolak. Sampai suatu waktu, anak gadis di telepon pacarnya tengah malam, ia berbohong bilang menjadi korban begal. Si gadis karena kadung cinta, keluar malam itu hendak menolong pacarnya. Di tempat sepi, ia nyaris mau dinodai. Bersyukur ada bapak bapak melihat dan segera menolong anak gadis tersebut. Si ibu nyaris pingsan. Anak yang dikira baik, dikira tidur di kamarnya, ternyata sudah pacaran 2 tahun dengan pemuda tersebut. Si anak tidak mau cerita dan terbuka dengan bunda nya. Kenapa? Karena bunda nya bukan menjadi tempat yang asik untuk diajak curhat.
Ibu hrs punya skill dasar agar dirindukan anak.
*bisa memasak
(audience heboh byk yg protes), Ustad mengatakan memang tugas seorang ibu bukan memasak, di kitab fiqih mana pun tdk dijelaskan tugas utama ibu memasak, krn kita membangun rumah tangga, bukan rumah makan. Harus bisa masak, agar anak kangen dgn masakan ibu.
*memijit
Anak sampai usia berapa pun butuh dipeluk dan disentuh. Ketika anak yg biasa dipijat di punggung, perut, dan tangan, maka ia akan terbiasa lancar bercerita. Maka nya profesi tukang pijit sekalian tukang pijit jadi konselor juga. Pelajari ilmu akupresure, akupuntur.
*mendengarkan
Kalau wanita ditanya banyak jawab singkat. Berarti dia lagi sedih. Kalau ditanya sedikit jawabannya banyak, tanda si ibu lagi happy.
*bisa memasak
(audience heboh byk yg protes), Ustad mengatakan memang tugas seorang ibu bukan memasak, di kitab fiqih mana pun tdk dijelaskan tugas utama ibu memasak, krn kita membangun rumah tangga, bukan rumah makan. Harus bisa masak, agar anak kangen dgn masakan ibu.
*memijit
Anak sampai usia berapa pun butuh dipeluk dan disentuh. Ketika anak yg biasa dipijat di punggung, perut, dan tangan, maka ia akan terbiasa lancar bercerita. Maka nya profesi tukang pijit sekalian tukang pijit jadi konselor juga. Pelajari ilmu akupresure, akupuntur.
*mendengarkan
Kalau wanita ditanya banyak jawab singkat. Berarti dia lagi sedih. Kalau ditanya sedikit jawabannya banyak, tanda si ibu lagi happy.
Penutup :
Ketika ibu sudah
dirindukan, maka anak akan punya definisi indah tentang rumah.. Rumah dimana disana ibu berada. Ibu yang selalu punya cinta yg membuat anak ingin pulang.
----〰〰〰
By : Ajo Bendri Jaisyurrahman
Dan dirangkum oleh : Nailah Assagaf
Repost by: Desviana Dwi Santi
Ketika ibu sudah
dirindukan, maka anak akan punya definisi indah tentang rumah.. Rumah dimana disana ibu berada. Ibu yang selalu punya cinta yg membuat anak ingin pulang.
----〰〰〰
By : Ajo Bendri Jaisyurrahman
Dan dirangkum oleh : Nailah Assagaf
Repost by: Desviana Dwi Santi
Subscribe to:
Posts (Atom)