Thursday, September 27, 2018
On September 27, 2018 by Auli in Pendidikanah No comments
Mahasiswa
Punya Budaya Molorin Agenda/Proker,
Kapan Indonesia Maju?
Kapan Indonesia Maju?
Sumber gambar: beritasumut.com
“Mahasiswa” dituliskan dengan kata maha didepan kata siswa
seolah-olah digariskan mempunyai tingkat keagungan yang tinggi. Mungkin kata
tersebut bisa diartikan sebagai salah satu mahluk yang mempunyai tingkat
idealisme tinggi. Idealisme mahasiswa akan tercermin pada segala hal. Seorang
mahasiswa yang mempunyai tingkat idealisme tinggi akan menanggapi segala
sesuatu se-ideal mungkin. Tanpa cacat. Mereka (golongan idealis) akan
menginginkan segala sesuatu berjalan sesuai rencana.
Tapi bagaimana ketika mereka harus dihadapkan pada suatu
keadaan dimana idealisme mereka sudah tidak bisa untuk diterapkan pada kondisi
tersebut? Salah contohnya ketika suatu organisasi akan mengadakan suatu agenda/proker.
Agenda tersebut sudah disusun oleh panitia sesuai dengan rencana dan timeline
yang telah dirapatkan minggu-minggu sebelumnya. Semua sudah dipersiapkan dengan
matang. Hingga pada pelaksanaan agenda, dikarenakan antusiasme kurang agenda
dibubarkan.
Sebenarnya ada 2 pilihan yang bisa dilakukan ketika
menghadapi situasi ini:
1. Mengundur agenda / membubarkannya
1. Mengundur agenda / membubarkannya
2. Realistis untuk
lanjut dan berpikir ke depan.
Dan
entah mengapa, banyak mahasiswa idealis yang memilih untuk mengundur agenda. Mereka
memilih membubarkan agenda dengan alasan “Kalo yang datang saja cuma segini
gimana kamu mau lanjut c*k?!!” “Emang kamu bisa ngejalanin ini dengan orang
segini?!!!” “Kalo yang dateng cuma segini bubarin aja!!”, Mungkin pilihan ini
diambil agar nantinya agenda ini bisa menabrak proker organisasi lain, agar menimbulkan
persinggungan pendapat antar elemen, mempengaruhi timeline agenda lainnya. Hingga
pada akhirnya akan terjadi penundaan agenda lagi, bubarin lagi, tunda lagi, bubarin
lagi dst.
Sungguh
saya tidak menyalahkan sikap mahasiswa yang idealis. Tentu tidak. Itu harta
yang berharga bagi seorang mahasiswa. Tapi sejenak duduk dan berpikir ke depan.
Mari berpikir realistis berapa banyak waktu yang telah anda habiskan secara
sia-sia. Lihatlah mahasiswa negara lain, tetangga kita Thailand, Filipina,
Singapura mereka sudah bersaing bagaimana menghadapi WTO 2020. Mempersiapkan
era Industri 4.0. Para mahasiswanya telah bersiap mengahdapi krisis pangan 20
tahun kedepan. Menyiapkan tantangan dunia global 40 tahun ke depan. Lalu
bagaimana dengan mahasiwa Indonesia? Ternyata sebagian masih stag boss di
agenda/proker yang dianggap kurang ideal oleh mahasiswa idealis. Sungguh miris
ketika kebuntuan ini akan terus berlanjut.
Terakhir,
ketika anda mengundur waktu, berarti anda mengapresiasi seseorang yang tidak
hadir. Ketika anda mengundur waktu, anda menyiksa seseorang yang telah datang.
Kesuksesan suatu agenda bukan hanya ditentukan oleh kuantitas tetapi juga
kualitas. Berhasilnya kepengurusan tidak hanya ditentukan oleh kuantitas,
tetapi oleh kerja keras. Idealis boleh, Realistis jangan ditinggalkan.
“Waste your time wisely!” - TED Talks
Friday, September 21, 2018
On September 21, 2018 by Auli in Pendidikanah No comments
Sumber gambar: merdeka.com
Antara
Profesionalitas dan Kekeluargaan?
Kekeluargaan
Prinsip yang
mengutamakan kesadaran dari “hati nurani” setiap anggota untuk mengerjakan
segala sesuatu.
Profesionalitas/Profesonalisme
Prinsip yang
mengutamakan “keahlian” yang berlandaskan “kode etik” dan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
Saat ini 2 asas tersebut banyak dipakai dalam lingkup institusi, organisasi, maupun lembaga. Mengapa demikian ?
1. Karena asas
tersebut dianggap mampu untuk dijadikan sebagai kendaraan guna mencapai tujuan
bersama
2. Dapat dijadikan sebagai
sarana penyelesaian masalah pada organisasi/lembaga tersebut
Mengapa menggunakan
prinsip kekeluargaan?
Prinsip ini dipilih karena mempunyai
sifat fleksibel, yakni bisa disesuaikan dengan kultur budaya organisasi. Prinsip
ini biasa diterapkan pada koperasi, dan lembaga non profit masyarakat. Dalam pelaksanaannya, prinsip kekeluargaan
mendorong anggotanya untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan dorongan hati
nurani sendiri. Pembagian ranah kerja dibuat sebagai arahan kerja anggota,
tetapi tanggung jawab tetap menjadi milik bersama.
Mengapa menggunakan
prinsip profesionalitas?
Prinsip profesionalitas umumnya
diterapkan pada lembaga resmi pemerintahan, perusahaan, organisasi, maupun
himpunan. Prinsip profesionalitas bersifat mengikat (tidak luwes), prinsip ini
mengharuskan anggotanya untuk menjalankan roda organisasi dengan mentaati
peraturan perundang undangan yang berlaku. Pembagian ranah kerja yang jelas
serta menjadi tanggung jawab pribadi yang disesuaikan dengan keahlian dari
anggota.
Bagaimana penerapan 2
asas ini?
Saat ini beberapa organisasi mungkin
aktivitasnya sedang lesu. Salah satu penyebabnya yakni kesalahan anggota dalam
menerapkan menerapkan prinsip/asas dalam berorganisasi. Beberapa anggota mungkin tidak tahu kapan ia
harus menggunakan prinsip kekeluargaan atau prinsip profesionalitas. Padahal
hal tersebut sangat menunjang keberlangsungan iklim berorganisasi. Kesalahan
dalam penerapan prinsip kekeluargaan dan profesionalisme dapat mengakibatkan
penyakit dalam organisasi. Sebagai contoh, ketika menghadapi suatu permasalahan
internal, kita cenderung memaklumi kesalahan tersebut. Sudah barang pasti
dikarenakan rasa tidak enak kepada saudara sendiri (konco dewe). Tetapi
tidakkah kita berpikir kedepan bagaimana jika kita terus menerus mengulangi kesalahan
tersebut. Sudah barang pasti organisasi kita akan mengalami stagnasi.,
keterpurukan, dan penurunan.
Lalu bagaimana
menyikapi hal tersebut?
Untuk menyikapi hal tersebut diperlukan kebesaran hati dari seorang
pemimpin/pengurus organisasi. Seorang pemimpin/pengurus idealnya menggunakan 2
prinsip ini sekaligus. Pertama menggunakan prinsip kekeluargaan kemudian
prinsip profesionalitas.
Mengapa harus
menggunakan keduanya?
Sebagai
contoh ketika kita menghadapi seorang anggota A yang telah melakukan kesalahan
bukan berarti kita bisa menerapkan prinsip profesionalitas secara langsung. Ada
tahapan penting yang harus dilakukan yakni prinsip kekeluargaan. Prinsip
kekeluargaan diaplikasikan sebagai sarana untuk memberikan kesempatan bagi seseorang
untuk memulai hidup yang baru atas kesalahan yang telah dilakukan. Proses ini
adalah suatu pemakluman atas sifat manusia sebagai mahluk yang tanpa kesalahan.
Pada prinsip profesionalitas dapat diaplikasikan sebagai sarana pemberian reward dan punishment terhadap anggota organisasi.
Sebagai seorang pemimpin/pengurus organisasi kita harus berani dalam
menerapkan asas profesionalitas. Benar ya benar, salah ya salah. Benar kita
beri penghargaan, salah ya kita beri hukuman. Pola pikir organisasi saat ini
masih kurang dalam penegakkan prinsip profesionalitas. Banyak yang masih
memakzulkan kesalahan, memaklumkan suatu kesalahan, sehingga yang terjadi
adalah tidak adanya perbedaan penyikapan ketika ada yang melakukan sesuatu
dengan benar dan melakukan sesuatu dengan salah. Benar tidak dipuji, salah
tidak dicaci. Ya sama saja. Hidup tak mampu mati tak sudi.
Memang berat dalam menerapkan prinsip
ini. Akan tetapi percayalah hal inilah yang akan mendorong kita menuju iklim
organisasi yang lebih baik. Iklim organisasi yang bersaing. Iklim yang terbuka.
Tidak usah takut akan kehilangan anggota, tidak usah takut akan kehilangan
simpatisan. Karena yang bertahan dalam kondisi tersebut adalah anggota anda
yang benar benar loyalis, berintergritas, dan berdedikasi tinggi. Seperti kata
Direktur General Electric Indonesia “Untuk mendapatkan perubahan yang besar,
dibutuhkan perjuangan yang besar, dan pastinya dengan resiko yang besar!”
Negeri ini tidak kekurangan pemuda yang berintegritas. Negeri ini tidak kekurangan pemuda yang cerdas. Negeri ini tidak kekurangan sama sekali pemuda yang hebat. Akan tetapi negeri ini kekurangan pemuda yang berani mengambil resiko. Negeri ini sedang kekurangan pemuda
yang berani dalam memutuskan sesuatu. Tapi percayalah, hanya pemuda dengan jiwa kepemimpinan yang
besar akan berani untuk mengambil resiko tersebut.
Lalu bagaimana Kondisi
Organisasi saya?
Apabila organisasi/lembaga anda sudah
memiliki system yang baik, antar anggota sudah meiliki tanggungjawab yang besar
anda dapat menerapkan prinsip kekeluargaan secara menyeluruh. Akan tetapi
apabila organisasi/lembaga anda masih dalam kondisi kurang bagus baik secara
system maupun kondisi internal anda bisa menerapkan 2 prinsip ini secara
bersamaan demi membangun kondisi sistem dan internal yang baik. Tetapi kembali
lagi, kebesaran hati pengurus/pemimpin sangat dibutuhkan dalam proses penerapan
prinsip kekeluargaan dan profesionalitas.
Suatu kesalahan bukan hanya untuk
dievaluasi tetapi juga untuk pengembangan proses kedepannya. Dalam seni
berorganisasi terdapat banyak cara dalam pengaplikasian asas kekeluargaan.
Semuanya bergantung dari kapasitas/model kepemimpinan dari seorang
pemimpin.
Sebuah kata penutup yang saya dapat
dari ayahanda Bapak Ridwan Kamil: “Ada 4 jenis pemuda di dunia ini, pertama
pemuda yang cerdas tapi tidak peduli, pemuda ini sangat banyak di Indonesia,
sangat amat banyak. Kedua yaitu pemuda yang peduli tapi tidak cerdas, pemuda
ini biasanya gemar ikut-ikutan demo dijalan-jalan. Ketiga pemuda yang tidak
cerdas dan tidak peduli. Emil engkau jadilah yang ke empat, pemuda yang cerdas
dan peduli”
Kata-kata ini diucapkan pada masa
sulit. Sebelum ayahanda kang Emil wafat, disaat beliau TA di ITB, dan pada masa
beliau diputuskan oleh pacar pertama beliau. Namun kata-kata ini merasuk pada
jiwa beliau. Hingga pada akhirnya beliau terpilih menjadi walikota bandung, Gubernur
Jabar dan ratusan penghargaan atas kerja kerasnya.
“our country, our responsibility” (RK)
Ahmad haniful auli
Subscribe to:
Posts (Atom)
Search
Visit My Channel
Popular Posts
Totalah
Search This Blog
Pos Terbaruah
Materi Mekanika Fluida Teknik Aliran Invicid Inkompresibel PDF
Materi Mekanika Fluida Teknik Aliran Invicid Inkompresibel PDF Copyright please contact the author