Another side of me

Artikel Terbaru

Friday, September 21, 2018

On September 21, 2018 by Auli in    No comments
Sumber gambar: merdeka.com


Antara Profesionalitas dan Kekeluargaan?


Kekeluargaan
Prinsip yang mengutamakan kesadaran dari “hati nurani” setiap anggota untuk mengerjakan segala sesuatu.

Profesionalitas/Profesonalisme
Prinsip yang mengutamakan “keahlian” yang berlandaskan “kode etik” dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Saat ini 2 asas tersebut banyak dipakai dalam lingkup institusi, organisasi, maupun lembaga. Mengapa demikian ?

1. Karena asas tersebut dianggap mampu untuk dijadikan sebagai kendaraan guna mencapai tujuan bersama
2. Dapat dijadikan sebagai sarana penyelesaian masalah pada organisasi/lembaga tersebut

Mengapa menggunakan prinsip kekeluargaan?

Prinsip ini dipilih karena mempunyai sifat fleksibel, yakni bisa disesuaikan dengan kultur budaya organisasi. Prinsip ini biasa diterapkan pada koperasi, dan lembaga non profit masyarakat.  Dalam pelaksanaannya, prinsip kekeluargaan mendorong anggotanya untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan dorongan hati nurani sendiri. Pembagian ranah kerja dibuat sebagai arahan kerja anggota, tetapi tanggung jawab tetap menjadi milik bersama.

Mengapa menggunakan prinsip profesionalitas?

Prinsip profesionalitas umumnya diterapkan pada lembaga resmi pemerintahan, perusahaan, organisasi, maupun himpunan. Prinsip profesionalitas bersifat mengikat (tidak luwes), prinsip ini mengharuskan anggotanya untuk menjalankan roda organisasi dengan mentaati peraturan perundang undangan yang berlaku. Pembagian ranah kerja yang jelas serta menjadi tanggung jawab pribadi yang disesuaikan dengan keahlian dari anggota.

Bagaimana penerapan 2 asas ini?

Saat ini beberapa organisasi mungkin aktivitasnya sedang lesu. Salah satu penyebabnya yakni kesalahan anggota dalam menerapkan menerapkan prinsip/asas dalam berorganisasi.  Beberapa anggota mungkin tidak tahu kapan ia harus menggunakan prinsip kekeluargaan atau prinsip profesionalitas. Padahal hal tersebut sangat menunjang keberlangsungan iklim berorganisasi. Kesalahan dalam penerapan prinsip kekeluargaan dan profesionalisme dapat mengakibatkan penyakit dalam organisasi. Sebagai contoh, ketika menghadapi suatu permasalahan internal, kita cenderung memaklumi kesalahan tersebut. Sudah barang pasti dikarenakan rasa tidak enak kepada saudara sendiri (konco dewe). Tetapi tidakkah kita berpikir kedepan bagaimana jika kita terus menerus mengulangi kesalahan tersebut. Sudah barang pasti organisasi kita akan mengalami stagnasi., keterpurukan, dan penurunan.

Lalu bagaimana menyikapi hal tersebut?

            Untuk menyikapi hal tersebut diperlukan kebesaran hati dari seorang pemimpin/pengurus organisasi. Seorang pemimpin/pengurus idealnya menggunakan 2 prinsip ini sekaligus. Pertama menggunakan prinsip kekeluargaan kemudian prinsip profesionalitas.

Mengapa harus menggunakan keduanya?

            Sebagai contoh ketika kita menghadapi seorang anggota A yang telah melakukan kesalahan bukan berarti kita bisa menerapkan prinsip profesionalitas secara langsung. Ada tahapan penting yang harus dilakukan yakni prinsip kekeluargaan. Prinsip kekeluargaan diaplikasikan sebagai sarana untuk memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memulai hidup yang baru atas kesalahan yang telah dilakukan. Proses ini adalah suatu pemakluman atas sifat manusia sebagai mahluk yang tanpa kesalahan. Pada prinsip profesionalitas dapat diaplikasikan sebagai sarana pemberian reward dan punishment terhadap anggota organisasi.
            Sebagai seorang pemimpin/pengurus organisasi kita harus berani dalam menerapkan asas profesionalitas. Benar ya benar, salah ya salah. Benar kita beri penghargaan, salah ya kita beri hukuman. Pola pikir organisasi saat ini masih kurang dalam penegakkan prinsip profesionalitas. Banyak yang masih memakzulkan kesalahan, memaklumkan suatu kesalahan, sehingga yang terjadi adalah tidak adanya perbedaan penyikapan ketika ada yang melakukan sesuatu dengan benar dan melakukan sesuatu dengan salah. Benar tidak dipuji, salah tidak dicaci. Ya sama saja. Hidup tak mampu mati tak sudi.
Memang berat dalam menerapkan prinsip ini. Akan tetapi percayalah hal inilah yang akan mendorong kita menuju iklim organisasi yang lebih baik. Iklim organisasi yang bersaing. Iklim yang terbuka. Tidak usah takut akan kehilangan anggota, tidak usah takut akan kehilangan simpatisan. Karena yang bertahan dalam kondisi tersebut adalah anggota anda yang benar benar loyalis, berintergritas, dan berdedikasi tinggi. Seperti kata Direktur General Electric Indonesia “Untuk mendapatkan perubahan yang besar, dibutuhkan perjuangan yang besar, dan pastinya dengan resiko yang besar!”
Negeri ini tidak kekurangan pemuda yang berintegritas. Negeri ini tidak kekurangan pemuda yang cerdas. Negeri ini tidak kekurangan sama sekali pemuda yang hebat. Akan tetapi negeri ini kekurangan pemuda yang berani mengambil resiko. Negeri ini sedang kekurangan pemuda yang berani dalam memutuskan sesuatu. Tapi percayalah, hanya pemuda dengan jiwa kepemimpinan yang besar akan berani untuk mengambil resiko tersebut.

Lalu bagaimana Kondisi Organisasi saya?

Apabila organisasi/lembaga anda sudah memiliki system yang baik, antar anggota sudah meiliki tanggungjawab yang besar anda dapat menerapkan prinsip kekeluargaan secara menyeluruh. Akan tetapi apabila organisasi/lembaga anda masih dalam kondisi kurang bagus baik secara system maupun kondisi internal anda bisa menerapkan 2 prinsip ini secara bersamaan demi membangun kondisi sistem dan internal yang baik. Tetapi kembali lagi, kebesaran hati pengurus/pemimpin sangat dibutuhkan dalam proses penerapan prinsip kekeluargaan dan profesionalitas.
Suatu kesalahan bukan hanya untuk dievaluasi tetapi juga untuk pengembangan proses kedepannya. Dalam seni berorganisasi terdapat banyak cara dalam pengaplikasian asas kekeluargaan. Semuanya bergantung dari kapasitas/model kepemimpinan dari seorang pemimpin. 
Sebuah kata penutup yang saya dapat dari ayahanda Bapak Ridwan Kamil: “Ada 4 jenis pemuda di dunia ini, pertama pemuda yang cerdas tapi tidak peduli, pemuda ini sangat banyak di Indonesia, sangat amat banyak. Kedua yaitu pemuda yang peduli tapi tidak cerdas, pemuda ini biasanya gemar ikut-ikutan demo dijalan-jalan. Ketiga pemuda yang tidak cerdas dan tidak peduli. Emil engkau jadilah yang ke empat, pemuda yang cerdas dan peduli”
Kata-kata ini diucapkan pada masa sulit. Sebelum ayahanda kang Emil wafat, disaat beliau TA di ITB, dan pada masa beliau diputuskan oleh pacar pertama beliau. Namun kata-kata ini merasuk pada jiwa beliau. Hingga pada akhirnya beliau terpilih menjadi walikota bandung, Gubernur Jabar dan ratusan penghargaan atas kerja kerasnya.
“our country, our responsibility” (RK)


Ahmad haniful auli

0 comments:

Post a Comment

SIlahkan berkomentar, mari berdiskusi. Untuk bantuan atau permintaan bisa email kami. Semoga bermanfaat :)