Thursday, March 1, 2018
On March 01, 2018 by Auli in Mechanical No comments
ULTRASONIC
NON-DESTRUCTIVE TEST
ABSTRAK
Mendeteksi defeksi
kecil pada suatu material dengan geometri kompleks merupakan hal yang sulit
apabila dilakukan dengan metode konvensional Non-Destructive Test, terutama terhadap suatu komponen atau
material yang memiliki ketebalan yang bervariasi. Hal ini dikarenakan
pendeteksian melalui permukaan material uji menghasilkan hasil yang kurang
akurat. Ultrasonik Non-Destructive Testing adalah salah satu teknik pengujian
material tanpa merusak benda uji melalui pantulan gelombang ultrasonic.
Pengujian ini untuk mendeteksi adanya cacat (flaw) atau retak (crack) pada
material secara dini supaya kegagalan saat suatu komponen atau material
digunakan dapat dihindari. Gelombang yang dipancarkan tersebut kemudian akan
diolah dan dianalisis untuk mengetahui letak keberadaan cacat suatu material.
Kata Kunci:
Non-destructive test, Ultrasonic testing, Crack, Flaw
1.
Pendahuluan
Inspeksi
terhadap struktur material suatu logam seperti baja sangat penting untuk
mengetahui kondisi material dan melakukan tindakan preventif untuk menghindari
kegagalan pada suatu komponen atau peralatan ketika dioperasikan. Penurunan
fungsi dapat terjadi akibat keretakan, kecacatan, atau kelelahan material dalam
jangka waktu yang lama. Pengujian material dengan metode Non-Destructive Test(NDT) adalah pengujian material tanpa merusak
material uji. Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi, menentukan lokasi,
ukuran, dan karakteristik cacat.
Ultrasonic testingtermasuk
salah satu teknik yang digunakan secara luas dan efektif untuk pengujian cacat
dalam (internal defect).
2.
Prinsip Fundamental
Metode ultrasonik adalah metode pengujian non-destruktif dimana gelombang suara frekuensi tinggi diarahkan ke
material uji yang kemudian dipantulkan kembali untuk dianalisis. Kebanyakan pemeriksaan ultrasonik dilakukan pada frekuensi antara 0,5
dan 25 MHz jauh diatas kisaranpendengaran manusia, yaitu sekitar 20 Hz sampai
20 kHz. Gelombangnyadiwakili oleh persamaan gelombang sinusoidal yang memiliki
amplitudo, frekuensi tertentu, dan kecepatan. Amplitudo
merupakan jarak/simpangan terjauh dari titik
kesetimbangan dalam gelombang sinusoidal. Frekuensi adalah jumlah
siklus per detik, dan panjangnyadari satu siklus disebut panjang gelombang. Hubungan antara frekuensi, panjang gelombang, dan
kecepatan dinyatakan melalui persamaan
(1)
λ : panjang
gelombang
: velocity
f : frekuensi
Kecepatan gelombang
yang melalui suatu material memiliki nilai yang berbeda-beda, hal tersebut
dipengaruhi oleh impedansi yang terdapat pada setiap material. Impedansi merupakan ketahanan yang dimiliki oleh
suatu medium ke arahbagian
dari suara melaluinya. Kecepatan juga tergantung pada sifat
elastis medium yang dinyatakan dengan
dimana q adalah adalah
modulus elastisitas dan adalah densitasnya. Ada dua tipe utama
gelombang ultrasonic, yaitu gelombang longitudinal dan gelombang transversal.
Secara umum gelombang longitudinal merupakan jenis gelombang yang paling banyak
digunakan untuk pengujian ultrasonic. Hal ini karena gelombang longitudinal
memiliki arah getaran yang sama dengan arah rambatan. Arah osilasi partikel
sejajar dengan arah propagasi gelombang.
Gelombang
suara yang ditembakkan akan merambat melalui material dan akan dipantulkan
apabila mengenai sisi lain material atau cacat yang ada di dalam material.
Pantulan yang terjadi merupakan pantulan acak, bergantung pada bidang yang
dikenai apabila gelombang suara mengenai bidang yang tegak lurus dengan arah
datamg gelombang. Maka gelombang tersebut akan dipantulkan kembali ke sumber
gelombang. Jarak cacat atau bidang tersebut diprediksi melalui waktu yang
dibutuhkan mulai dari gelombang tersebut dikirimkan hingga diterima kembali.
3.
Peralatan Pengujian Ultrasonik
Peralatan dari ultrasonic testing utamanya terdiri dari pendeteksi cacat,
transduser, dan blok kalibrasi. Secara singkat, skema dapat ditunjukkan melalui
Gambar 1. Blok diagram, analog. Generator
pulsa menghasilkan pulsa tegangan bolak-balik yang memicu kristal dalam probe
untuk menghasilkan specimen dengan menggabungkan probe tersebut. Gelombang
ultrasonik yang dihasilkan direfleksikan terhadap daerah sekitar spesimen uji
atau terhadap diskontinuitas di dalam spesimen uji. Melalui efek piezoelektrik,
gelombang ultrasonik diubah menjadi pulsa tegangan dan diarahkan ke pelat-y
dari tabung sinar katoda melalui amplifier,
kemudian akan ditampilkan di layar CRT sebagai pulsa amplitudo dan dapat
diartikan sebagai sinyal dari dinding spesimen uji atau dari diskontinuitas di
dalamnya.
Gambar 1.
Blok diagram, analog ( International
Atomic Energy Agency. 1999.Non-destructive Testing: A Guidebook for
Industrial Management and Quality Control Personnel.Vienna )
Potongan Kristal tersusun dalam suatu susunan
kerangka yang disebut sebagai ultrasonic
probe.Probeyang mengirimkan ultrasonik ke dalam spesimen uji pada sudut
yang tepat ke permukaan specimen uji disebut probe normal sedangkan yang
mengirim berkas ke spesimen pada sudut tertentu disebut sebagai probe sudut.
Dalam probe sudut, kristal dipasang pada irisan perspektif sehingga gelombang
longitudinal jatuh pada permukaan spesimen uji secara miring.Ilustrasi probe
ditunjukkan dengan Gambar 2. A typical normal beam single crystal
ultrasonic probe.Sebagai berikut.
Gambar 2. A typical normal beam single crystal
ultrasonic probe( International
Atomic Energy Agency. 1999.Non-destructive Testing: A Guidebook for
Industrial Management and Quality Control Personnel.Vienna )
4.
Prosedur Umum Ultrasonic
Testing
Metode pengujian ultrasonik yang paling umum digunakan
adalah metode pulse-echo atau reflection. Dalam kasus ini, penerima
pemancar dan probe penerima berada
pada sisi spesimen yang sama selanjutnya adanya cacat ditunjukkan oleh
penerimaan gema atau pantulan sinyal. Prinsip kerja dari metode pulse-echo ditunjukan sebagai berikut:
Gambar 3. Prinsip metode pulse-echo
untuk pengujian ultrasonic (a) spesimen bebas cacat (b) spesimen dengan cacat
kecil (c) spesimen dengan cacat besar.( International
Atomic Energy Agency. 1999.Non-destructive Testing: A Guidebook for
Industrial Management and Quality Control Personnel.Vienna )
Prosedur untuk melakukan uji ultrasonik
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk luasnya permasalahan dalam industri.
Oleh karena itu sulit untuk menetapkan suatu metode untuk kondisi yang beragam.
Prosedur umum yang biasanya dilakukan dalam tes ultrasonik pada banyak kasus
antara lain:
a. Spesimen Uji
Karakteristik
spesimen uji yang perlu diperhatikan seperti kondisi dan jenis permukaan,
geometri dan struktur mikro. Permukaan yang sangat kasar harus dibuat halus
dengan penggilingan, dll. minyak, kotoran dan cat harus dihilangkan. Geometri
spesimen harus diketahui karena dapat mempengaruhi pantulan gelombang di dalam
spesimen. Beberapa refleksi karena geometri yang terlalu rumit, dapat
membingungkan pembacaan.
b.Jenis
probe dan peralatan
Berbagai
probe dirancang untuk keperluan khusus. Untuk pemeriksaan luas permukaan yang
besar sebaiknya menggunakan probe dengan transduser besar untuk mengurangi
waktu yang dibutuhkan untuk pengujian.
c.
Sifat cacat
Karakteristik cacat meliputi jenis, ukuran dan lokasi, berbeda pada berbagai
jenis bahan. Garis besar cacat dapat diperoleh kira-kira dengan menggerakkan probe di
atas permukaan spesimen uji. Fluksgema meningkat dari nol
sampai nilai maksimum saat probe dipindahkan dari suatu wilayahbebas dari cacat
ke titik di mana ia paling dekat dengan cacat. Informasi mengenai karakter
cacat bisa didapat dari bentuk gema cacat. Untuk cacat kecil, ukuran cacat
diperkirakan dengan membandingkan reflektifitas pantul dengan reflektifitas
reflektor standar.
d.
Pengaruh kuplan
Fungsi kuplan adalah
untuk memudahkan merambatnya gelombang dari probe ke dalam benda uji karena
apabila diantara probe dan benda uji terdapat udara maka gelombang akan
dipantulkan kembali ke dalam probe. Jenis kuplan yang sering digunakan dalam
uji ultrasonik antara lain oli, greese,
emulasi plastik, air untuk bahan yang bersifat korosi.
e. Standar uji
Ada 2 jenis standar uji yang sering digunakan. Jenis standar pertama digunakan untuk mengendalikan parameter seperti penguatan penguat daya, kekuatan pulsa dan penanda waktu untuk memastikan tetap konstan selama keseluruhan pengujian. Jenis standart kedua biasanya digunakan untuk tes yang sangat bergantung padasifat bahan yang diperiksa, dan jika mungkin, terbuat dari bahan yang sama dan memiliki bentuk yang sama seperti benda yang diperiksa. Standar ini memungkinkan pengaturan cacat minimum yang diijinkan serta lokasicacat.
f. Proses scanning
Dimaksudkan untuk merekam atau menginterpretasikan hasil inspeksi yang dilakukan pada benda kerja sehingga dapat terlihat plan view scan A,B, dan C.
g. Pengukuran cacat
Metode yang umum digunakan untuk ukuran cacat pada ultrasonikpengujian adalah metode 6 dB, metode 20 dB, metode amplitudo maksimumdan metode diagram DGS. Metode 6 dB cocok untuk ukuran cacat yang memiliki ukuranyang sama atau lebih besar dari pada lebar balok ultrasonik namun akan memberikan hasil yang tidak akurat dengan kekurangan ukuran yang lebih kecil daripada balok ultrasonik.
h. Laporan hasil uji
Agar hasil pemeriksaan ultrasonik dapat dinilai sepenuhnya, diperlukan temuan penguji agar dicatat secara sistematis. Laporan berisi rincian pekerjaan yang sedang diperiksa, kode yang digunakan, peralatan yang digunakandan prosedur kalibrasi dan pemindaian.
5. Karakteristik Tranducer
5. 1 Compression Wave Transducers
Gelombang ultrasonik terdiri dari beberapa pancaran energi suara, dimana gelombang menempati ruang – disebut sebagai “pulse width”. Pulse width penting karena ketika satu pancaran sedang berlangsung, gelombang berikutnya tidak dapat diproses secara tepat. Hal ini berarti dua reflektor yang hanya memiliki sedikit perbedaan kedalaman akan menunjukkan sebagai satu gelombang. Kemampuan sistem ultrasonik untuk mendiskritkan di antara dua reflektor yang berdekatan disebut sebagai resolusi.
Resolusi pada suatu transducer dapat ditunjukkan dengan cara:
1) Dengan perhitungan pulse width dan menunjukannya sebagai jarak di suatu material. Sebagai contoh, panjang gelombang 5 MHz compression wavepada baja adalah 1.192 mm.
2) Dengan mengukur pulse width pada jejak kalibrasi. Gambar berikut menunjukan jejak kalibrasi untuk 25 mm skala penuh. Gelombang mulai di 11 mm dan berakhir di 14 mm. pulse width-nya bernilai 14-11 = 3 mm.
Gambar 4.Jejak kalibrasi. (Charles J. Hellier .2003.Handbook of Nondestructive Evaluation.McGraw-Hill Companies. USA)
3) Dengan mengecek resolusi pada blok kalibrasi seperti ditunjukan pada gambar berikut.
Gambar 5. Resolusi pada IIW blok. (Charles J. Hellier .2003.Handbook of Nondestructive Evaluation.McGraw-Hill Companies. USA)
Blok yang ada telah didesain sehingga jarak antara pantulan permukaan pertama dan kedua sama dengan 1 µ detik pada kecepatan baja.
Ketika menggunakan transducer kristal tunggal, mula gelombang dan getaran kristal terhubung ke receiver circuit dan ditampilkan pada timebase. Ketika kristal sedang mentransmisikan, jejak tidak dapat menampilkan sinyal yang diterima secara jelas. Mula gelombang dapat diukur pada timebase terkalibrasi dengan mencatat titik di mana mula gelombang mulai hilang.
5. 2 Angle Beam Wave Transducers
Pada transducer jenis ini, kristal dipasang pada pasak Plexiglas dengan tujuan menghasilkan sudut refraksi di kompenen tersebut.
Blok IIW V1 memungkinkan beberapa kali kalibrasi sudut pancaran dilakukan. Salah satu dari kalibrasi ini untuk menentukan indeks probeyang sebenernya. Gambar di bawah menunjukan transducer pancaran sudut shear wave diproyeksikan pada blok IIW V1 sehingga pusat pancaran mengarah ke radius 100 mm.
Gambar 6. Pancaran sudut pada blok IIW. (Charles J. Hellier .2003.Handbook of Nondestructive Evaluation.McGraw-Hill Companies. USA)
6. Prosedur PengujianUltrasonic Test
Sebelum malakukan pengujian yang sebenarnya,
terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap peralatan yang digunakan
·
Kalibrasi
probe normal pada material blok lakibrasi
Gambar 7 Kalibrasi probe normal ( International
Atomic Energy Agency. 1999.Non-destructive Testing: A Guidebook for
Industrial Management and Quality Control Personnel.Vienna )
Prosedur :
1.
Probe
diletakkan pada posisi A. Sweep length dan sweep delay diatur untuk menampilkan
kaki atau puncak indikasi tepat di 2.5, 5.0, 7.5 dan 10.0
2.
Selanjutnya
probe diletakkan di posisi B. Indikasi akan muncul tepat di skala 10 pada
layar.
3.
Probe
kemudian dipindah ke posisi C dan tidak ada indikasi yang muncul pada layar.
4.
Ketika
probe B diletakkan di titik B, sweep length dan sweepdelay diatur sehingga
menempatkan indikasi tepat pada posisi 5.0 dan 10.0. Dengan begini peralatan
telah terkalibrasi untuk baja dengan range 200 mm.
5.
Ketika
probe diletakkan di titik C, indikasi akan muncul di skala 10.0.
·
Menenentukan
exit point dengan
menggunakan probe sudut (70˚)
Gambar 8 menentukan
exit point.( International
Atomic Energy Agency. 1999.Non-destructive Testing: A Guidebook for
Industrial Management and Quality Control Personnel.Vienna )
·
Probe
Angle
1. Meletakkan probe
pada posisi B.
2. Sweep length diatur
terlebih dahulu untuk menampilkan satu indikasi pada layar.
3. Probe digeser maju-mundur
untuk memperoleh indikasi tertinggi dari perspex.
4. Mencatat posisi
skala sudut pada blok yang bertepatan dengan exit point probe. Skala tersebut
merupakan sudut probe actual yang akan dipakai untuk perhitungan saat
pengujian. Toleransi maksimum yang diijinkan adalah sebesar ± 2o.
5. Kalibrasi
Probe sudut (70˚) pada material
1.
Kalibrasi
Probe sudut (70˚) pada material V2
Gambar 9 Kalibrasi
probe sudut pada V2
(
International Atomic Energy Agency.
1999.Non-destructive Testing: A Guidebook for Industrial Management and
Quality Control Personnel.Vienna )
2.
Kemudian
probe diposisikan pada B.
3.
Sweep
length dan sweep delay diatur sehingga munculkan indikasi pertama dan tertinggi
pada skala layar 2.5 dan 10.0. Dengan demikian, peralatan telah terkalibrasi
untuk range 100 mm
Setelah
alat dikalibrasi dan hasilnya Ultrasonic flaw detector masih layak untuk
digunakan dan telah mendapakan exit pointnya, maka penggunaan Ultrasonic flaw
detector pada specimen dapatdilakukan :
1.
Oleskan
minyak pada material uji
2.
Arahkan
probe dan gerakkan perlahan dsampai mendapatikan kurva initial pulse dan kurva
indikasi yang tertinggi
3.
Setelah
mendapatkan posisi dimana kurva indikasinya memilki tinggi yang tertinggi.
4. Lalu
perhatikan nilai dari sound path, surface distance dan depth.
6.1
Output
Ultasonic Test
Hasil
dari gelombang suara tersebut ditampilkan pada layar monitor berupa tampilan
pulsa untuk mengetahui tebal serta cacat atau tidaknya benda uji tersebut.
Secara
umum tampilan pulsa pada layar monitor terdiri dari:
1. Initial
Pulse
2. Backwall
Pulse
3. Defect
Pulse
4. Noise
Pulse
Sedangkan
untuk membedakan tampilan pulsa2 pada layar monitor dapat dijelaskan secara
sederhananya sebagai berikut:
· Initial Pulse adalah
signal pulsa yang selalu muncul pada saat awal tampilan pengukuran yang terbaca
dilayar monitor.
· Defect Pulse adalah
signal pulsa yang muncul sebagai indikasi adanya cacat pada bahan uji.
· Backwall Pulse adalah
signal pulsa yang menyatakan ketebalan bahan uji.
·
Noise
Pulse adalah kumpulan pulsa-pulsa noise yang muncul pada bahan uji.
Backwall pulse, Noise
pulse dan Defect Pulse bagi orang yang baru pertama kali mengoperasikan alat
Ultrasonic test mungkin masih rancu untuk membedakan. oleh karena itu untuk
membedakannya kita bisa melihat dari karakter signal yang muncul pada tampilan
layar monitor.
Untuk mengetahui
apakah itu Backwal pulse kita bisa menambah panjang Range pada set-up alat UT. jika Pulsa selalu muncul setiap
kelipatan angka pada layar UT test secara teratur misalya pada jarak 6,12,18,24
dst.. berarti pulsa tsb masuk kategori Backwall pulse.
Sedangkan Defect
pulse dan noise pulse untuk membedakannya kita bisa mengatur nilai Reject pada
alat UT test tsb, jika kita menaikkan
nilai Reject pada alat UT test kemudian signal yang muncul pada layar monitor
menghilang, berarti signal tersebut adalah noise pulse, namun bila tampilan signal
tetap muncul pada layar monitor berarti signal tersebut adalah defect pulse.
6.2
Pembacaan Grafik Hasil
Ultrasonik Test
Titik ekstrim diskontinuitas didefinisikan
sebagai titik dimana amplitudo signal
bernilai 1/2 dari nilai tertinggi. Titik ini ditandai dengan menggunakan garis
tengah kurva sebagai indeks. Dengan cara yang sama, ekstremitas lainnya
ditemukandan jarak antara kedua tanda didefinisikan sebagai panjang
diskontinuitas. Panjang minimum diskontinuitas yang dapat terekam harus 1/8
inchi
7. Keuntungan dan Kekurangan
Keuntungan dan kekurangan utama ultrasonic testing ketika dibandingkan dengan NDT yang lainnya adalah sebagai berikut:
7.1 Keuntungan
a. Sensitif
terhadap diskontinuitas permukaan dan bawah permukaan.
b. Kedalaman
penetrasi untuk pendeteksi cacat yang terdeteksi atau diukur adalah metode yang
umum di gunakan dalam NDT.
c. Hanya
membutuhkan akses ke 1 sisi ketika menggunakan teknik echo-pulse.
d. Akurasi
yang tinggi dalam menentukan posisi reflektor serta memperkirakan bentuk dan
ukurannya
e. Membutuhkan
persiapan yang minimum
f. Memperlihatkan
hasil yang cepat
g. Gambar
yang detail dapat dihasilkan melalui sistem yang otomatis
h.
Tidak
berbahaya bagi operator dan orang didekatnya serta tidak menimbulkan efek pada
material.
i.
Dapat
digunakan untuk fungsi lain seperti pengukuran keteballan, sebagai tambahan
pendeteksi cacat.
j. Perlengkapan yang
digunakan mudah di pindah pindah dan otomasi yang tinggi.
7.2 Keterbatasan
a.
Permukaan
benda uji harus bersih untuk mentransmisikan gelombang ultrasonik.
b.
Kemampuan
dan pelatihan diperlukan lebih intensif dari pada metode yang lain.
c.
Dalam
kondisi normal membutuhkan kop-lan perantara untuk mempermudah transfer
gelombang dalam spesimen uji.
d.
Material
yang keras berbentuk tidak beraturan sangat kecil, tipis atau tidak homogen
sulit untuk di deteksi.
e.
Besi
tuang dan material yang berbutir kasar sulit untuk dideteksi akibat lemahnya
gelombang transmisi dan tingginya gangguan
f.
Cacat
linier yang paralel terhadap gelombang dari batang kemungkinan tidak
terdeteksi.
g.
Referensi
standar dibutuhkan untuk kalibrasi peralatan dan karakteristik cacat
8. Aplikasi Ultrasonic Testing
8.1 Pengukuran ketebalan
Pengukuran
ketebalan menggunakan ultrasonik dapat diterapkan dengan menggunakan echo-pulse atau teknik resonansi.
Beberapa penerapannya adalah:
a. Pengukuran
ketebalan dinding pada bejana, pipa, dan tangki penyimpanan bahan kimia tanpa
harus melakukan pembongkaran.
b.
Pengukuran ketebalan lambung kapal untuk
pengendalian kontrol.
c. Pemeriksaan
tabung heat exchanger pada reaktor
nuklir
d. Pengukuran dinding tabung bor kecil termasuk tabung untuk
reaktor elemen bakar
8.
2 Deteksi cacat
Cacat atau kekurangan yang khas ditemui pada
material industri antara lain, retakan, porositas, laminasi, inklusi, rongga,
korosi, dan lain-lain. Beberapa contoh pendeteksian pada kerusakan-kerusakan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan
sambungan las pada bejana tekan, wadah penyimpanan cairan dan gas industri, pipa, jembatan baja, bingkai dan
atap pada tahap pembuatan.
b.
Pengujian
rotor dan blade (sudu) turbin pada mesin pesawat terbang.
c.
Pemeriksaan
tahap awal dalam produksi balok baja dan aluminium, serta lembaran, pelat,
tabung, dan kabel.
d. Pemeriksaan permukaan yang tidak beraturan pada keramik,
karet, plastik, dan laminasi.
e. Pemeriksaan pada rotor mesin jet.
9.
Evaluasi Hasil Pengujian
Ketika NDT telah
ditentukan, beberapa informasi berikut harus tersedia, yakni:
a.
Deskripsi komponen
b.
Metode pengujian
c.
Spesifikasi pengujian
Spesifikasi pengujian merupakan hal penting. Apabila tidak ada kejelasan tipe, ukuran, dan jumlah diskontinuitas, maka penetapan apakah material itu masih bisa ditolerensi kecacatannya tidak akan tercapai. Ini berarti komponen tidak boleh memiliki diskontinuitas sekecil apapun yang dapat mengakibatkan kegagalan.
Gambar
10. Flow
chart prosedur pengujian ultrasonic( Charles J. Hellier .2003.Handbook of
Nondestructive Evaluation.McGraw-Hill Companies. USA )
Daftar Pustaka
a. International Atomic Energy Agency.
1988. Ultrasonic Testing Of Materials At
Level 2.Vienna
b. International Atomic Energy Agency.
1999.Non-destructive Testing: A Guidebook for Industrial Management and
Quality Control Personnel.Vienna
c. Charles
J. Hellier .2003.Handbook of Nondestructive Evaluation.McGraw-Hill
Companies. USA
d. Dr.Ala
Hijazi. Introduction to Nondestructive
Testing Techniques
e. Subiyanto,
Lilik., Sardjono,Tri Arief. 2012.
Deteksi Cacat Pada Material Baja Menggunakan Ultrasonik Non-Destructive
Testing Dengan Metode Continuous Wavelet Transform.Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
SIlahkan berkomentar, mari berdiskusi. Untuk bantuan atau permintaan bisa email kami. Semoga bermanfaat :)