Another side of me

Artikel Terbaru

Friday, May 5, 2017

On May 05, 2017 by Auli in    No comments
TERMOKOPEL ( P3 )
SAKINAH HIMAV REZEIKA
1413100045
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep temperatur tersebut. Prinsip dari percobaan ini adalah kesetimbangan termal dan hokum termodinamika ke – 0. Benda dikatakan memiliki kesetimbangan termal bila jika ketika diletakkan dalam kontak termal, tidak ada energi yang mengalir dari satu ke yang lain, dan temperatur mereka tidak berubah. Hukum termodinamika ke – 0 menyatakan dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ke tiga maka mereka berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Berdasarkan data percobaan, konstanta seebeck untuk termokopel 1 adalah 0,039 dan termokopel 2 adalah 0,056. Hal ini menunjukkan bahwa termokopel 2 lebih bagus dalam mengantarkan panas daripada termokopel 1 karena berdasarkan konsep temperatur pada logam berdasarkan gerakan dari getaran yang dilakukan elektron didalam logam akibat ada pengaruh luar. Semakin kecil nilai kerapatan suatu logam, semakin cepat logam tersebut menghantarkan panas.






DAFTAR ISI



BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
          Pada dunia elektronika, khususnya dibidang alat pemanas dan pengendalinya, termokopel menjadi prinsip yang mereka gunakan. Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel ini banyak digunakan untuk alat pemanas seperti heater, boiler, pengering, dan mesin press karena termokopel memiliki rentang suhu yang begitu besar.
          Termokopel  terdiri atas sepasang penghantar yang berbeda disambung las atau dileburkan bersama pada satu sisi membentuk penghantar suhu yang lebih tinggi atau sambungan pengukuran yang ada ujung ujung bebasnya untuk menghubungkan dengan penghantar suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu antara sambungan pengukuran dan sambungan referensi alat ini berfungsi sebagai termokopel dan bisa membangkitkan tegangan DC yang kecil. Tegangan output termokopel hampir berbanding lurus dengan perbedaan suhu antara sambungan pengukuran (panas) dan sambungan referensi (dingin). Perbandingan yang konstan dinamakan Koefisien Seeback dan berkisar antara 5 sampai 50 V per derajat celcius
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam percobaan ini adalah bagaiman menjelaskan konsep temperatur pada logam dan bagaimana menera termokopel dari konsep temperatur tersebut.

1.3.Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah menjelaskan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep temperatur tersebut

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Temperatur

          Konsep dari temperatur bisa diartikan dalam banyak pengertian. Temperatur adalah ukuran dari suatu sifat panas suatu benda yang makroskopis (dapat dilihat dengan mata telanjang), pada umumnya kita lebih menghindari istilah “dingin”. Sedangkan berdasarkan pengertian dari segi mikroskopis, temperatur dikaitkan dengan getaran atau gerakan dari unsur partikel suatu benda.Pemahaman konsep temperatur secara ilmiah dibangun berdasarkan kesetimbangan termal sesuai dengan Hukum Termodinamika Nol. Oven yang panas dikatakan bertemperatur tinggi sementara es di kulkas dikatakan memiliki temperatur yang rendah. Banyak sifat zat yang berubah terhadap temperatur misal sebagian besar zat yang memuai ketika dipanaskan.Sebatang besi lebih panjang bila suhu yang mengenainya adalah suhu panas daripada suhu dingin. Jalan dan trotoar beton memuai dan menyusut sedikit terhadap temperatur, yang menjadi alasan ditempatkannya pemisah yang bisa ditekan atau titik yang biasa memuai pada jarak tertentu. Hambatan listrik materi zat juga berubah pada temperatur. Demikian juga warna yang dipancarkan benda paling tidak pada temperatur tinggi.Perhatikan bahwa elemen pemanas kompor listrik memancarkan warna merah ketika panas. Pada temperatur yang lebih tinggi, zat padat seperti besi bersinar jingga bahkan putih. Cahaya putih pada bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang sangat panas.( Zemansky,2000)
          Alat yang dirancang untuk mengukur temperatur disebut termometer. Ada banyak jenis termometer tapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa sifat materi yang berubah pada tiap temperatur. Sebagian besar termometer umumnya bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya temperatur.( Zemansky,2000)
          Untuk mengukur temperatur secara kuantitatif, perlu didefinisikan semacam skala numeric. Skala yang paling banyak dipakai sekarang adalah skala Celsius dan skala terpenting dalam sains adalah skala absolut yaitu Kelvin. Salah satu cara mendefinisikan skala temperatur adalah dengan memberikan nilai
sembarang untuk dua temperatur yang bisa langsung dihasilkan. Untuk skala Celsius, kedua titik tetap dipilih sebagai titk beku dan titik didih dari air.Keduanya diambil berdasarkan pada tekanan atmosfir.( Zemansky,2000)

2.2 Kesetimbangan Termal dan Hukum Termodinamika ke – 0

          Jika dua benda pada temperatur yang sama diletakkan dalam kontak termal sehingga energi dapat berpindah dari satu ke yang lain, maka kedua benda tersebut mencapai kesetimbangan dan mencapai suhu yang sama. Keadaan tersebut disebut dengan kesetimbangan termal. Dua benda dikatakan berada pada kesetimbangan termal jika ketika diletakkan dalam kontak termal, tidak ada energi yang mengalir dari satu ke yang lain, dan temperatur mereka tidak berubah.
( Johannes,1995)
          Sebenarnya tidak semudah itu. Bagaimanapun banyak percobaan yang menunjukkan bahwa jika dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ke tiga maka mereka berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Dalil ini disebut dengan Hukum Termodinamika ke – 0.( Johannes,1995)
          Temperatur merupakan sifat sistem yang menetukan apakah sistem berada dalam kesetimbangan dengan sistem yang lain. Ketika dua sistem berada dalam keadaan kesetimbangan termal, temperatur  mereka adalah sama. Hal ini disebabkan jika benda yang panas terjadi kontak dengan benda yang dingin, keduanya akhirnya mencapai temperatur yang sama. Dengan demikian hal yang penting dalam Hukum Termodinamika ke – 0 adalah bahwa hukum tersebut
memungkinkan definisi yang berguna mengenai temperatur. ( Johannes,1995)

 

2.3. Konduksi

          Kalor berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau benda satu ke benda yang lain dengan 3 cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Dalam bidang termokopel ini, panas yang dihasilkan dialirkan dengan cara konduksi. ( Giancoli,2005 )
          Konduksi kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul – molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan, molekul – molekul di tempat lain mulai bergerak lebih cepat dan lebih cepat. Sementara bertumbukan dengan tetangga mereka yang bergerak lebih lambat, mereka akan mentransfer sebagian dari energi ke molekul – molekul lain yang lajunya kemudian bertambah. Molekul – molekul ini juga mentransfer sebagian energi mereka dengan molekul – molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan demikian energi gerakan termal ditransfer oleh tumbukan molekul – molekul sepanjang benda. Menurut teori modern, pada logam tumbukan antara elektron – elektron bebas didalam logam dan dengan atom logam tersebut terutama mengakibatkan untuk terjadinya konduksi.( Giancoli,2005 )
          Konduksi kalor hanya terjadi jika ada perbedaan temperatur. Ditemukan bahwa kecepatan aliran kalor melalui benda sebanding dengan perbedaan temperatur antara ujung – ujungnya. Kecepatan aliran kalor juga bergantung pada ukuran dan bentuk benda. Untuk menyelidiki hal ini secara kuantitatif, ditemukan bahwa aliran kalor Q per selng waktu t dinyatakan dalam hubungan
           = kA                                                                                  ( 2.1 )
Dimana A adalah luas penampang lintang benda, l adalah jarak antar kedua yang mempunyai temperatur T2 dan T1, dan k adalah konstanta pembanding yang disebut konduktivitas termal yang merupakan karakteristik materi tersebut. Kecepatan alir memiliki satuan . Kecepatan aliran kalor ini berbanding lurus dengan luas penampang lintang dan perubahan temperatur.( Giancoli,2005 ).
          Konduktivitas termal pada suatu materi bila mempunyai nilai yang besar maka  dapat menghantarkan kalor dengan cepat dan dinamakan dengan konduktor. Materi yang memiliki konduktivitas termal yang kecil tidak dapat mengantarkan panas dengan cepat maka dinamakan isolator. Bulu merupakan isolator yang sangat baik karena jumlah kecil bulu akan mengembang dan mengurung udara yang banyak. Dengan alasan ini kita dapat mengetahui alasan mengapa tirai jendela dapat memperkecil kehilangan kalor dirumah.( Giancoli,2005 ).
          Sifat termal bahan bangunan terutama ketika diperhitungkan sebagai isolator, biasanya dinyatakan dengan nilai R atau Resistansi Termal yang dapat di definisikan
                                                                                                        ( 2.2 )

2.4. Termokopel

          Pada tahun 1821, ilmuwan Jerman  bernama Thomas Johann Seebeck melakukan percobaan dan Seebeck mendeteksi adanya tegangan pada rangkaian tertutup pada kawat tembaga (A) dan Bismuth (B) apabila salah satu sambungan kawat dipanaskan. Apabila sambungan tersebut didinginkan, terdeteksi adanya perubahan polaritas tegangan. Rangkaian ini kemudian di kenal dengan nama termokopel. Termokopel merupakan salah satu sensor besaran suhu yang terdiri dari sepasang kawat yang terbuat dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut disambung pada salah satu ujungnya sementara ujung yang lain disambungkan ke alat ukur tegangan melalui kawat tembaga. (Robert,1984)

2.4.1. Gejala Seebeck

          Apabila seutas kawat dipanaskan pada satu ujungnya, panas akan mengalir dari ujung yang dipanaskan menuju yang lebih dingin. Aliran panas ini terjadi dengan dua proses yaitu tumbukan antar elektron dan aliran panas melalui awan electron. Medan listrik yang terjadi karena adanya gradien suhu disebut gejala Seebeck. Tegangan Seebeck sebuah kawat Logam medan listrik, E, yang terjadi berbanding lurus dengan gradien suhu kawat,
          E = ∂T/∂x                                                                                        (2.3)
          S = Koef Seebeck
sehingga                                                                                                                                  E = S . ∂T/∂x   (2.4)
. (Robert,1984)
          Dimana S adalah koefisien Seebeck. Diketahui beda potensial antara kedua ujung logam
          E= ∂V/∂x                                                                                        (2.5)
sehingga
           ∂V = S .∂T                                                                                     (2.6)
Untuk logam homogen, S merupakan fungsi dari T saja; Sa = S(T). Sehingga, tegangan Seebeck adalah
ε= ∫S . a .Dt                                                                                              (2.7)
Tegangan Seebeck termokopel untuk sebuah termokopel, tegangan Seebeck dapat dihitung sebagai berikut
V = εAεB                                                                                               (2.8)
V = ∫[SaA – SaB] dT                                                                                  (2.9)
V = a1(T2-T1) + a2(T2²-T1²)+….an(T2²-T1²)                                                 (2.10)
Nilai tegangan listrik yang dihasilkan termokopel tidak bergantung pada panjang kawat atau diameternya, tetapi bergantung pada bahan dan beda suhu antar sambungan ukur (T1) dan sambungan acuan (T2). (Robert,1984)

2.4.2 Tipe Termokopel dan Koefisien Seebeck

          Macam termokopel yang biasa digunakan ditulis dalam tabel 2.3. biasanya sangat sering digunakan untuk penganalisa sirkuit.
Tabel 2.4 Tipe Termokopel
Tipe
Jenis Bahan
Kaki +
Kaki -
E
Paduan nikel – krom
Paduan tembaga -  nikel
J
Besi
Paduan tembaga -  nikel
K
Paduan nikel – krom
Paduan nikel - aluminium
R
Paduan platina-13% rodium
platina
S
Paduan platina-10%
platina
T
tembaga
Paduan tembaga -  nikel

Tabel 2.3 Koefisien Seebeck pada Tiap Termokopel
Temperatur
( )
Tipe Termokopel ( koefisien seebeck)
E (cromel)
J
(iron)
K
(cromel/alumel)
R
(platinum 13% rodium/platinum)
S
(platinum 10% rodium/platinum
T
(tembaga)
-200
25,1
21,9
15,3
-
-
15,7
-100
45,2
41,1
30,5
-
-
28,4
0
58,7
50,4
39,5
5,3
5,4
38,7
100
67,5
54,3
41,4
7,5
7,3
46,8
200
74
55,5
40
8,8
8,5
53,1
300
77,9
55,4
41,4
9,7
9,1
58,1
400
80
55,1
42,2
10,4
9,6
61,8
500
80,9
56
42,6
10,9
9,9
-
600
80,7
58,5
42,5
11,3
10,2
-
700
79,8
62,2
41,9
11,8
10,5
-
800
78,4
-
41
12,3
10, 9
-
900
76,7
-
40
12,8
11,5
-
1000
74,9
-
38,9
13,2
11,2
-

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN


3.1. Peralatan dan Bahan

          Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Amplifier (Amp) satu buah, Voltmeter (V) satu buah, Termokopel dua set, Termometer  satu buah, Statip dengan kelengkapannya satu set, dan Kompor listrik satu buah. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah potongan es batu secukupnya

3.2. Skema Kerja

Keterangan :
1.      Gelas beker
2.      Kompor listrik
3.      Statif
4.      Termokopel
5.      voltmeter
 
5
 
4
 
3
 
2
 
1
 
pe.jpg

Gambar 3.2. Rangkaian Alat Percobaan Termokopel

3.3. Langkah kerja

          Dirangkai gambar 1 dan hati-hati dalam menggunakan kompor listrik, Voltmeter dan Ampllifier sebelum menghubungkan dengan tegangan PLN.Sebelum dihubungkan dengan tegangan PLN “240 V”, switch yang ada pada amplifier harus pada kedudukan 1.)Switch 1 pada posisi off “nol”, 2.) Switch 2 pada posisi penunjukkan ke 30 mV, 3.) Switch 3 pada posisi penunjukkan ke 0, 4.) Switch 5 pada posisi “Short – circuit”, dan 5.) Output 4 harus sudah dihubungkan dengan Voltmeter.Setelah Amplifier dihubungkan dengan tegangan PLN, diubah switch 1 pada posisi on dan 5 menit kemudian diputar switch 2 ke kiri berturut-turut ke penunjukkan 10, 3,1 dan seterusnya sampai jarum penunjukkan voltmeter bergerak. Dijaga harga penunjukkan voltmeter tetap “nol” untuk setiap memutar switch 2 dengan  jalan diatur knop 7. Diputar switch 5 ke posisi tertentu dan dicatat penunjukkan voltmeter dan suhu ruangan. Harga beda potensial sebanding dengan suhu ruang.Dicatat penunjukan voltmeter dan temperature referensi 0oC (bila memungkinkan), 10oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, 80oC, dan 90oC, dengan tidak diubah posisi switch 2. Percobaan ini diulangi dengan dengan alat termokopel yang lain.

























BAB 4

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1.            Analisa Data

                Berdasarkan percobaan termokopel, diperoleh data untuk termokopel pertama dengan variasi penaikan suhu dari 10 80 dan penurunan suhu dari suhu 80 10 .
Tabel 1. Data Percobaan Termokopel 1 dengan Kenaikan Suhu
no
suhu (°C)
tegangan (mV)
1
10
-0.8
2
20
-0.2
3
30
0
4
40
0.3
5
50
0.7
6
60
1
7
70
1.4
8
80
1.8









 Tabel 2. Data Percobaan Termokopel 1 dengan Penurunan Suhu
no
suhu (°C)
tegangan (mV)
1
80
2.3
2
70
2
3
60
1.5
4
50
0.7
5
40
0.5
6
30
0.1
7
20
-0.2
8
10
-0.7






           
Berikut ini adalah data untuk termokopel kedua dengan variasi penaikan suhu dari 10 80 dan penurunan suhu dari suhu 80 10 .
Tabel 3. Data Percobaan Termokopel 2 dengan Kenaikan Suhu
no
suhu (°C)
tegangan (mV)
1
10
-0.8
2
20
-0.2
3
30
0.3
4
40
0.9
5
50
1.4
6
60
2
7
70
2.6
8
80
3.4







Table 4. Data Percobaan Termokopel 2 dengan Penurunan Suhu
no
suhu (°C)
tegangan (mV)
1
80
3.3
2
70
2
3
60
1.7
4
50
1.4
5
40
0.7
6
30
0.1
7
20
-0.3
8
10
-0.9



Dan berikut ini adalah data rata – rata dari percobaan termokopel 1 dan 2 untuk mengetahui Konstanta Seebeck
Tabel 5. Data Tegangan Rata – Rata untuk Termokopel 1 dan 2
no
suhu (°C)
tegangan rata – rata
 termokopel 1
tegangan rata - rata
termokopel 2
1
10
-0.75
-0.85
2
20
-0.2
-0.25
3
30
0.05
0.2
4
40
0.4
0.8
5
50
0.7
1.4
6
60
1.25
1.85
7
70
1.7
2.3
8
80
2.05
3.35




4.2.            Grafik

4. 2. 1. Grafik untuk Termokopel 1

            Berikut ini adalah grafik untuk kenaikan suhu dan penurunan suhu pada termokopel 1
Grafik 1. Tegangan terhadap Kenaika Suhu pada Termokopel 1
Grafik 2. Tegangan terhadap Penurunan Suhu pada Termokopel 1
            Pada Grafik 1. dan Grafik 2. menunjukkan bahwa grafik ini berbentuk linier yang menunjukkan bahwa bila suhu diperbesar maka tegangan juga ikut membesar. Konstanta Seebeck termokopel 1 diperoleh dari rata – rata tegangan dari penurunan dan kenaikan suhu.
Grafik 3. Tegangan Rata – Rata terhadap Suhu pada Termokopel 1
             Setelah dirata – rata nilai tegangan dari penurunan dan kenaikan suhu, maka diperoleh Konstanta Seebeck adalah 0,039 yang didapat dari persamaan y = 0,039x – 1,117 yang kita ketahui bahwa Konstanta Seebeck adalah Gradien dari tegangan terhadap suhu.



4. 2. 2. Grafik untuk Termokopel 2

                 Berikut ini adalah grafik untuk kenaikan suhu dan penurunan suhu pada termokopel 2
Grafik 4. . Tegangan terhadap Kenaika Suhu pada Termokopel 2
Grafik 5. Tegangan terhadap Penurunan Suhu pada Termokopel 2
            Pada Grafik 4. dan Grafik 5. menunjukkan bahwa grafik ini juga berbentuk linier seperti pada Grafik 1. Dan Grafik 2. yang menunjukkan bahwa bila suhu diperbesar maka tegangan juga ikut membesar. Konstanta Seebeck termokopel 2 dapat diperoleh dari rata – rata tegangan dari penurunan dan kenaikan suhu.
Grafik 6. Tegangan Rata – Rata terhadap Suhu pada Termokopel 2
            Setelah dirata – rata nilai tegangan dari penurunan dan kenaikan suhu, maka diperoleh Konstanta Seebeck adalah 0,056 yang didapat dari persamaan y = 0,056x – 1,455 yang kita ketahui bahwa Konstanta Seebeck adalah Gradien dari tegangan terhadap suhu.



4.3.            Pembahasan

            Pada percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep temperatur itu. Pada percobaan untuk termokopel ini menggunakan dua macam termokopel dengan variasi suhu 10  sampai 80  dengan kenaikan dan penurunan suhunya.
            Pada termokopel 1 dan 2 dengan kenaikan, saat suhu 10  nilai volt yang dihasilkan adalah -0,8 mV . Tanda minus ini diakibatkan suhu yang dipakai T, suhu kamar pada saat percobaan adalah 27 jika pada saat percobaan menggunakan suhu 10 maka T = 10 -27 yaitu - 17. Beda potensial yang dihasilkan menjadi minus karena perubahan suhunya juga minus. Begitupun pada suhu 20 yang memiliki tegangan -0,2 mV. Namun semakin bertambah suhunya, nilai minus juga semakin menghilang. Hal ini dapa disimpulkan bahwa semakin besar perubahan suhu, maka tegangannya juga semakin tinggi.
            Pada saat penurunan suhu dari 80  sampai 10 , tegangan yang dihasilkan hampir tidak sama dengan nilai tegangan saat kenaikan suhu. Hal ini terjadi karena air pada gelas beker kurang cepat berubah suhunya. Jadi saat suhu belum dinaikkan, keadaan elektron didalam logam diam. Setelah dinaikkan hingga 80 , elektron yang ada pada logam bergerak cepat. Namun ketika suhunya dikembalikan ke suhu 10 , elektron tidak seperti keadaan awal yang langsung diam,namun dia berusaha mempertahankan posisinya dan akhirnya bisa kembali seperti awal.
            Mengembalikan elektron seperti keadaan awal sangat sulit karena elektron yang bergerak dipaksa untuk diam masih dipengaruhi oleh suhu di  permukaan air dengan dasar air yang sedikit berbeda. Bila suhu yang ada di permukaan dengan di dasar sudah mencapai suhu yang sama, elektron akan kembali seperti posisi awal. Inilah yang menyebabkan nilai tegangan yang dihasilkan tidak sama antara kenaikan dengan penurunan suhu
            Pada termokopel 1 didapat nilai konstanta seebeck yaitu 0,039 dan termokopel 2 didapat nilai konstanta seebeck yaitu 0,056. Dapat dikatakan bahwa kerapatan logam pada termokopel 1 lebih rapat daripada termokopel 2. Hal ini disebabkan nilai konstanta seebeck pada termokopel 1 lebih kecil yang menandakan elektron didalam logam termokopel tidak leluasa bergerak daripada logam pada termokopel 2.
            Tegangan yang dihasilkan tiap termokopel juga berbeda karena logam yang digunakan pada tiap termokopel berbeda. Termokopel mempunyai kaki negatip dan positip, tiap kaki digunakan logam yang berbeda begitupun kerapatan pada logam juga berbeda. Karena yang mempengaruhi gerak elektron adalah kerapatan suatu bahan logam, maka elektron yang bergerak pada tiap kaki tidak sama kecepatannya sehingga timbullah tegangan yang dihasilkan. Semakin rapat logam tersebut, semakin kecil nilai tegangan. Dapat disimpulkan bahwa nilai kerapatan berbanding lurus dengan nilai tegangan yang dihasilkan.
            Berdasarkan data dari nilai konstanta seebeck dari semua termokopel, termokopel 1 adalah termokopel tipe N dan termokopel 2 adalah termokopel J. Dari percobaan dapat diketahui bahwa termokopel tipe j ini lebih menguntungkan karena nilai konstanta seebecknya lebih besar daripada konstanta seebeck termokopel tipe N.

BAB 5

KESIMPULAN

            Berdasarkan percobaaan termokopel ini diperoleh kesimpulan bahwa konsep temperatur pada logam adalah berdasarkan gerakan dari getaran yang dilakukan elektron didalam logam akibat ada pengaruh luar. Dari konsep temperatur ini dapat diketahui termokopel 1 adalah termokopel tipe N dan termokopel 2 adalah termokopel tipe J. termokopel 2 lebih baik menghantarkan panas karena nilai konstanta seebecknya lebih besar daripada nilai konstanta seebeck termokopel 2.



















DAFTAR PUSTAKA


Benedict, Robert P. 1984.”Fundamental of Temperature. Pressure, and Flow
Measurements”. New York : A Willey – Interscience Publication
Prof. Ir. H. Johannes. 1995.“Listrik dan Magnet”. Jakarta : Balai Pustaka
Giancoli, Douglas C. 2005.”Physics : Principles with Application”. New York :
                Pearson Education
Zemansky, Sears. 2000. “Fisika Universitas edisi 10 jilid 2”. Jakarta : Erlangga


0 comments:

Post a Comment

SIlahkan berkomentar, mari berdiskusi. Untuk bantuan atau permintaan bisa email kami. Semoga bermanfaat :)