Friday, May 5, 2017
On May 05, 2017 by Auli in lapres No comments
TERMOKOPEL
( P3 )
SAKINAH
HIMAV REZEIKA
1413100045
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT
TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan
untuk menjelaskan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari
konsep temperatur tersebut. Prinsip dari percobaan ini adalah kesetimbangan
termal dan hokum termodinamika ke – 0. Benda dikatakan memiliki kesetimbangan
termal bila jika ketika
diletakkan dalam kontak termal, tidak ada energi yang mengalir dari satu ke
yang lain, dan temperatur mereka tidak berubah. Hukum
termodinamika ke – 0 menyatakan dua
sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ke tiga maka mereka
berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Berdasarkan
data percobaan, konstanta seebeck untuk termokopel 1 adalah 0,039 dan
termokopel 2 adalah 0,056. Hal ini menunjukkan bahwa termokopel 2 lebih bagus
dalam mengantarkan panas daripada termokopel 1 karena berdasarkan konsep
temperatur pada logam berdasarkan gerakan dari getaran yang dilakukan elektron
didalam logam akibat ada pengaruh luar. Semakin kecil nilai kerapatan suatu
logam, semakin cepat logam tersebut menghantarkan panas.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada dunia elektronika,
khususnya dibidang alat pemanas dan pengendalinya, termokopel menjadi prinsip yang mereka gunakan. Termokopel adalah sensor
suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi
perubahan tegangan listrik
(voltase). Termokopel ini banyak digunakan untuk alat pemanas seperti heater,
boiler, pengering, dan mesin press karena termokopel memiliki rentang suhu yang
begitu besar.
Termokopel terdiri atas sepasang
penghantar yang berbeda disambung las atau dileburkan bersama pada satu sisi
membentuk penghantar suhu yang lebih tinggi atau sambungan pengukuran yang ada
ujung ujung bebasnya untuk menghubungkan dengan penghantar suhu yang lebih
rendah. Perbedaan suhu antara sambungan pengukuran dan sambungan referensi alat
ini berfungsi sebagai termokopel dan bisa membangkitkan tegangan DC yang kecil.
Tegangan output termokopel hampir berbanding lurus dengan perbedaan suhu antara
sambungan pengukuran (panas) dan sambungan referensi (dingin). Perbandingan
yang konstan dinamakan Koefisien Seeback dan berkisar antara 5 sampai 50 V per
derajat celcius
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam
percobaan ini adalah bagaiman menjelaskan konsep temperatur pada logam dan
bagaimana menera termokopel dari konsep temperatur tersebut.
1.3.Tujuan
Tujuan dari percobaan
ini adalah menjelaskan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari
konsep temperatur tersebut
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Temperatur
Konsep dari temperatur bisa diartikan dalam banyak
pengertian. Temperatur adalah ukuran dari suatu sifat panas suatu benda yang
makroskopis (dapat dilihat dengan mata telanjang), pada umumnya kita lebih
menghindari istilah “dingin”. Sedangkan berdasarkan pengertian dari segi
mikroskopis, temperatur dikaitkan dengan getaran atau gerakan dari unsur partikel
suatu benda.Pemahaman konsep temperatur secara ilmiah dibangun berdasarkan
kesetimbangan termal sesuai dengan Hukum Termodinamika Nol. Oven yang panas
dikatakan bertemperatur tinggi sementara es di kulkas dikatakan memiliki
temperatur yang rendah. Banyak sifat zat yang berubah terhadap temperatur misal
sebagian besar zat yang memuai ketika dipanaskan.Sebatang besi lebih panjang
bila suhu yang mengenainya adalah suhu panas daripada suhu dingin. Jalan dan
trotoar beton memuai dan menyusut sedikit terhadap temperatur, yang menjadi
alasan ditempatkannya pemisah yang bisa ditekan atau titik yang biasa memuai
pada jarak tertentu. Hambatan listrik materi zat juga berubah pada temperatur. Demikian
juga warna yang dipancarkan benda paling tidak pada temperatur tinggi.Perhatikan
bahwa elemen pemanas kompor listrik memancarkan warna merah ketika panas. Pada
temperatur yang lebih tinggi, zat padat seperti besi bersinar jingga bahkan
putih. Cahaya putih pada bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang
sangat panas.( Zemansky,2000)
Alat yang dirancang untuk mengukur temperatur disebut termometer.
Ada banyak jenis termometer tapi cara kerjanya selalu bergantung pada beberapa
sifat materi yang berubah pada tiap temperatur. Sebagian besar termometer
umumnya bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya temperatur.(
Zemansky,2000)
Untuk mengukur temperatur secara kuantitatif, perlu
didefinisikan semacam skala numeric. Skala yang paling banyak dipakai sekarang
adalah skala Celsius dan skala terpenting dalam sains adalah skala absolut
yaitu Kelvin. Salah satu cara mendefinisikan skala temperatur adalah dengan
memberikan nilai
sembarang untuk dua temperatur
yang bisa langsung dihasilkan. Untuk skala Celsius, kedua titik tetap dipilih
sebagai titk beku dan titik didih dari air.Keduanya diambil berdasarkan pada
tekanan atmosfir.( Zemansky,2000)
2.2 Kesetimbangan Termal dan Hukum Termodinamika ke – 0
Jika dua benda pada temperatur yang sama diletakkan dalam
kontak termal sehingga energi dapat berpindah dari satu ke yang lain, maka
kedua benda tersebut mencapai kesetimbangan dan mencapai suhu yang sama.
Keadaan tersebut disebut dengan kesetimbangan termal. Dua benda dikatakan
berada pada kesetimbangan termal jika ketika diletakkan dalam kontak termal,
tidak ada energi yang mengalir dari satu ke yang lain, dan temperatur mereka
tidak berubah.
(
Johannes,1995)
Sebenarnya tidak semudah itu.
Bagaimanapun banyak percobaan yang menunjukkan bahwa jika dua sistem berada
dalam kesetimbangan termal dengan sistem ke tiga maka mereka berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain. Dalil ini disebut dengan Hukum
Termodinamika ke – 0.( Johannes,1995)
Temperatur merupakan sifat sistem yang
menetukan apakah sistem berada dalam kesetimbangan dengan sistem yang lain.
Ketika dua sistem berada dalam keadaan kesetimbangan termal, temperatur mereka adalah sama. Hal ini disebabkan jika
benda yang panas terjadi kontak dengan benda yang dingin, keduanya akhirnya
mencapai temperatur yang sama. Dengan demikian hal yang penting dalam Hukum
Termodinamika ke – 0 adalah bahwa hukum tersebut
memungkinkan
definisi yang berguna mengenai temperatur. ( Johannes,1995)
2.3. Konduksi
Kalor berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau benda
satu ke benda yang lain dengan 3 cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Dalam bidang termokopel ini, panas yang dihasilkan dialirkan dengan cara
konduksi. ( Giancoli,2005
)
Konduksi kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai
hasil tumbukan molekul – molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan,
molekul – molekul di tempat lain mulai bergerak lebih cepat dan lebih cepat.
Sementara bertumbukan dengan tetangga mereka yang bergerak lebih lambat, mereka
akan mentransfer sebagian dari energi ke molekul – molekul lain yang lajunya
kemudian bertambah. Molekul – molekul ini juga mentransfer sebagian energi
mereka dengan molekul – molekul lain sepanjang benda tersebut. Dengan demikian
energi gerakan termal ditransfer oleh tumbukan molekul – molekul sepanjang
benda. Menurut teori modern, pada logam tumbukan antara elektron – elektron
bebas didalam logam dan dengan atom logam tersebut terutama mengakibatkan untuk
terjadinya konduksi.( Giancoli,2005
)
Konduksi kalor hanya terjadi jika ada perbedaan temperatur.
Ditemukan bahwa kecepatan aliran kalor melalui benda sebanding dengan perbedaan
temperatur antara ujung – ujungnya. Kecepatan aliran kalor juga bergantung pada
ukuran dan bentuk benda. Untuk menyelidiki hal ini secara kuantitatif,
ditemukan bahwa aliran kalor Q per selng waktu t dinyatakan dalam
hubungan
= kA (
2.1 )
Dimana A adalah luas
penampang lintang benda, l adalah jarak antar kedua yang mempunyai temperatur T2
dan T1, dan k adalah konstanta pembanding yang disebut
konduktivitas termal yang merupakan karakteristik materi tersebut. Kecepatan
alir memiliki satuan . Kecepatan aliran
kalor ini berbanding lurus dengan luas penampang lintang dan perubahan
temperatur.( Giancoli,2005
).
Konduktivitas termal pada suatu materi bila mempunyai nilai
yang besar maka dapat menghantarkan
kalor dengan cepat dan dinamakan dengan konduktor. Materi yang memiliki
konduktivitas termal yang kecil tidak dapat mengantarkan panas dengan cepat
maka dinamakan isolator. Bulu merupakan isolator yang sangat baik karena jumlah
kecil bulu akan mengembang dan mengurung udara yang banyak. Dengan alasan ini
kita dapat mengetahui alasan mengapa tirai jendela dapat memperkecil kehilangan
kalor dirumah.( Giancoli,2005
).
Sifat termal bahan bangunan terutama ketika diperhitungkan
sebagai isolator, biasanya dinyatakan dengan nilai R atau Resistansi Termal
yang dapat di definisikan
(
2.2 )
2.4. Termokopel
Pada tahun 1821, ilmuwan Jerman bernama Thomas Johann Seebeck melakukan
percobaan dan Seebeck mendeteksi adanya tegangan pada rangkaian tertutup pada
kawat tembaga (A) dan Bismuth (B) apabila salah satu sambungan kawat
dipanaskan. Apabila sambungan tersebut didinginkan, terdeteksi adanya perubahan
polaritas tegangan. Rangkaian ini kemudian di kenal dengan nama termokopel. Termokopel
merupakan salah satu sensor besaran suhu yang terdiri dari sepasang kawat yang
terbuat dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut disambung pada salah satu
ujungnya sementara ujung yang lain disambungkan ke alat ukur tegangan melalui
kawat tembaga. (Robert,1984)
2.4.1.
Gejala Seebeck
Apabila seutas
kawat dipanaskan pada satu ujungnya, panas akan mengalir dari ujung yang
dipanaskan menuju yang lebih dingin. Aliran panas ini terjadi dengan dua proses
yaitu tumbukan antar elektron dan aliran panas melalui awan electron. Medan
listrik yang terjadi karena adanya gradien suhu disebut gejala Seebeck.
Tegangan Seebeck sebuah kawat Logam medan listrik, E, yang terjadi berbanding
lurus dengan gradien suhu kawat,
E = ∂T/∂x (2.3)
S = Koef
Seebeck
sehingga E
= S . ∂T/∂x (2.4)
. (Robert,1984)
Dimana
S adalah koefisien Seebeck. Diketahui beda potensial antara kedua ujung logam
E=
∂V/∂x (2.5)
sehingga
∂V = S .∂T
(2.6)
Untuk
logam homogen, S
merupakan fungsi dari T saja; Sa
= S(T). Sehingga, tegangan Seebeck adalah
ε= ∫S . a .Dt (2.7)
Tegangan
Seebeck termokopel untuk sebuah termokopel, tegangan Seebeck dapat dihitung
sebagai berikut
V
= εA
– εB (2.8)
V = ∫[SaA
– SaB]
dT (2.9)
V
= a1(T2-T1)
+ a2(T2²-T1²)+….an(T2²-T1²) (2.10)
Nilai
tegangan listrik yang dihasilkan termokopel tidak bergantung pada panjang kawat
atau diameternya, tetapi bergantung pada bahan dan beda suhu antar sambungan
ukur (T1)
dan sambungan acuan (T2). (Robert,1984)
2.4.2 Tipe
Termokopel dan Koefisien Seebeck
Macam
termokopel yang biasa digunakan ditulis dalam tabel 2.3. biasanya sangat sering
digunakan untuk penganalisa sirkuit.
Tabel 2.4 Tipe Termokopel
Tipe
|
Jenis Bahan
|
|
Kaki +
|
Kaki -
|
|
E
|
Paduan nikel – krom
|
Paduan tembaga - nikel
|
J
|
Besi
|
Paduan tembaga - nikel
|
K
|
Paduan nikel – krom
|
Paduan nikel - aluminium
|
R
|
Paduan platina-13%
rodium
|
platina
|
S
|
Paduan platina-10%
|
platina
|
T
|
tembaga
|
Paduan tembaga - nikel
|
Tabel 2.3 Koefisien Seebeck pada Tiap Termokopel
Temperatur
( )
|
Tipe Termokopel (
koefisien seebeck)
|
|||||
E (cromel)
|
J
(iron)
|
K
(cromel/alumel)
|
R
(platinum 13%
rodium/platinum)
|
S
(platinum 10%
rodium/platinum
|
T
(tembaga)
|
|
-200
|
25,1
|
21,9
|
15,3
|
-
|
-
|
15,7
|
-100
|
45,2
|
41,1
|
30,5
|
-
|
-
|
28,4
|
0
|
58,7
|
50,4
|
39,5
|
5,3
|
5,4
|
38,7
|
100
|
67,5
|
54,3
|
41,4
|
7,5
|
7,3
|
46,8
|
200
|
74
|
55,5
|
40
|
8,8
|
8,5
|
53,1
|
300
|
77,9
|
55,4
|
41,4
|
9,7
|
9,1
|
58,1
|
400
|
80
|
55,1
|
42,2
|
10,4
|
9,6
|
61,8
|
500
|
80,9
|
56
|
42,6
|
10,9
|
9,9
|
-
|
600
|
80,7
|
58,5
|
42,5
|
11,3
|
10,2
|
-
|
700
|
79,8
|
62,2
|
41,9
|
11,8
|
10,5
|
-
|
800
|
78,4
|
-
|
41
|
12,3
|
10, 9
|
-
|
900
|
76,7
|
-
|
40
|
12,8
|
11,5
|
-
|
1000
|
74,9
|
-
|
38,9
|
13,2
|
11,2
|
-
|
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Amplifier (Amp) satu buah, Voltmeter (V) satu buah, Termokopel dua set,
Termometer satu buah, Statip dengan
kelengkapannya satu set, dan Kompor listrik satu buah. Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah potongan es batu secukupnya
3.2. Skema Kerja
Keterangan
:
1. Gelas beker
2. Kompor listrik
3. Statif
4. Termokopel
5.
voltmeter
5
4
3
2
1
Keterangan
:
1. Gelas beker
2. Kompor listrik
3. Statif
4. Termokopel
5.
voltmeter
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Gambar 3.2. Rangkaian Alat Percobaan Termokopel
3.3. Langkah kerja
Dirangkai gambar 1 dan hati-hati
dalam menggunakan kompor listrik, Voltmeter dan Ampllifier sebelum
menghubungkan dengan tegangan PLN.Sebelum dihubungkan dengan tegangan PLN “240
V”, switch yang ada pada amplifier harus pada kedudukan 1.)Switch 1 pada posisi
off “nol”, 2.) Switch 2 pada posisi penunjukkan ke 30 mV, 3.) Switch 3 pada
posisi penunjukkan ke 0, 4.) Switch 5 pada posisi “Short – circuit”, dan 5.) Output
4 harus sudah dihubungkan dengan Voltmeter.Setelah Amplifier dihubungkan dengan
tegangan PLN, diubah switch 1 pada posisi on dan 5 menit kemudian diputar
switch 2 ke kiri berturut-turut ke penunjukkan 10, 3,1 dan seterusnya sampai
jarum penunjukkan voltmeter bergerak. Dijaga harga penunjukkan voltmeter tetap
“nol” untuk setiap memutar switch 2 dengan
jalan diatur knop 7. Diputar switch 5 ke posisi tertentu dan dicatat
penunjukkan voltmeter dan suhu ruangan. Harga beda potensial sebanding dengan
suhu ruang.Dicatat penunjukan voltmeter dan temperature referensi 0oC
(bila memungkinkan), 10oC, 40oC, 50oC, 60oC,
70oC, 80oC, dan 90oC, dengan tidak diubah
posisi switch 2. Percobaan ini diulangi dengan dengan alat termokopel yang
lain.
BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Data
Berdasarkan percobaan
termokopel, diperoleh data untuk termokopel pertama dengan variasi penaikan
suhu dari 10 80 dan penurunan suhu dari suhu 80 10 .
Tabel 1. Data Percobaan
Termokopel 1 dengan Kenaikan Suhu
no
|
suhu (°C)
|
tegangan (mV)
|
1
|
10
|
-0.8
|
2
|
20
|
-0.2
|
3
|
30
|
0
|
4
|
40
|
0.3
|
5
|
50
|
0.7
|
6
|
60
|
1
|
7
|
70
|
1.4
|
8
|
80
|
1.8
|
Tabel 2. Data Percobaan Termokopel 1 dengan
Penurunan Suhu
no
|
suhu (°C)
|
tegangan (mV)
|
1
|
80
|
2.3
|
2
|
70
|
2
|
3
|
60
|
1.5
|
4
|
50
|
0.7
|
5
|
40
|
0.5
|
6
|
30
|
0.1
|
7
|
20
|
-0.2
|
8
|
10
|
-0.7
|
Berikut
ini adalah data untuk termokopel kedua dengan variasi penaikan suhu dari 10 80 dan penurunan suhu dari suhu 80 10 .
Tabel
3. Data Percobaan
Termokopel 2 dengan Kenaikan Suhu
no
|
suhu (°C)
|
tegangan (mV)
|
1
|
10
|
-0.8
|
2
|
20
|
-0.2
|
3
|
30
|
0.3
|
4
|
40
|
0.9
|
5
|
50
|
1.4
|
6
|
60
|
2
|
7
|
70
|
2.6
|
8
|
80
|
3.4
|
Table 4.
Data Percobaan Termokopel 2 dengan Penurunan Suhu
no
|
suhu (°C)
|
tegangan (mV)
|
1
|
80
|
3.3
|
2
|
70
|
2
|
3
|
60
|
1.7
|
4
|
50
|
1.4
|
5
|
40
|
0.7
|
6
|
30
|
0.1
|
7
|
20
|
-0.3
|
8
|
10
|
-0.9
|
Dan berikut ini adalah
data rata – rata dari percobaan termokopel 1 dan 2 untuk mengetahui Konstanta
Seebeck
Tabel 5.
Data Tegangan Rata – Rata untuk Termokopel 1 dan 2
no
|
suhu (°C)
|
tegangan rata – rata
termokopel 1
|
tegangan rata - rata
termokopel 2
|
|
1
|
10
|
-0.75
|
-0.85
|
|
2
|
20
|
-0.2
|
-0.25
|
|
3
|
30
|
0.05
|
0.2
|
|
4
|
40
|
0.4
|
0.8
|
|
5
|
50
|
0.7
|
1.4
|
|
6
|
60
|
1.25
|
1.85
|
|
7
|
70
|
1.7
|
2.3
|
|
8
|
80
|
2.05
|
3.35
|
4.2. Grafik
4. 2. 1. Grafik untuk Termokopel 1
Berikut ini adalah grafik untuk
kenaikan suhu dan penurunan suhu pada termokopel 1
Grafik 1. Tegangan terhadap Kenaika Suhu pada
Termokopel 1
Grafik 2. Tegangan terhadap Penurunan Suhu pada
Termokopel 1
Pada Grafik 1. dan Grafik 2.
menunjukkan bahwa grafik ini berbentuk linier yang menunjukkan bahwa bila suhu
diperbesar maka tegangan juga ikut membesar. Konstanta Seebeck termokopel 1
diperoleh dari rata – rata tegangan dari penurunan dan kenaikan suhu.
Grafik 3. Tegangan Rata – Rata terhadap Suhu pada
Termokopel 1
Setelah dirata – rata nilai tegangan dari
penurunan dan kenaikan suhu, maka diperoleh Konstanta Seebeck adalah 0,039 yang
didapat dari persamaan y = 0,039x – 1,117 yang kita ketahui bahwa Konstanta
Seebeck adalah Gradien dari tegangan terhadap suhu.
4. 2. 2. Grafik untuk Termokopel 2
Berikut ini adalah grafik untuk
kenaikan suhu dan penurunan suhu pada termokopel 2
Grafik 4. . Tegangan terhadap Kenaika Suhu pada
Termokopel 2
Grafik 5. Tegangan terhadap Penurunan Suhu pada
Termokopel 2
Pada Grafik 4. dan Grafik 5.
menunjukkan bahwa grafik ini juga berbentuk linier seperti pada Grafik 1. Dan
Grafik 2. yang menunjukkan bahwa bila suhu diperbesar maka tegangan juga ikut
membesar. Konstanta Seebeck termokopel 2 dapat diperoleh dari rata – rata
tegangan dari penurunan dan kenaikan suhu.
Grafik 6. Tegangan Rata – Rata terhadap Suhu pada
Termokopel 2
Setelah dirata – rata nilai tegangan
dari penurunan dan kenaikan suhu, maka diperoleh Konstanta Seebeck adalah 0,056
yang didapat dari persamaan y = 0,056x – 1,455 yang kita ketahui bahwa
Konstanta Seebeck adalah Gradien dari tegangan terhadap suhu.
4.3. Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk
menjelaskan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep
temperatur itu. Pada percobaan untuk termokopel ini menggunakan dua macam
termokopel dengan variasi suhu 10 sampai 80
dengan
kenaikan dan penurunan suhunya.
Pada
termokopel 1 dan 2 dengan kenaikan, saat suhu 10 nilai
volt yang dihasilkan adalah -0,8 mV . Tanda minus ini diakibatkan suhu yang
dipakai T, suhu kamar pada saat
percobaan adalah 27 jika pada saat percobaan menggunakan suhu 10 maka T = 10 -27 yaitu - 17. Beda potensial yang
dihasilkan menjadi minus karena perubahan suhunya juga minus. Begitupun pada
suhu 20 yang memiliki tegangan -0,2 mV. Namun semakin
bertambah suhunya, nilai minus juga semakin menghilang. Hal ini dapa
disimpulkan bahwa semakin besar perubahan suhu, maka tegangannya juga semakin
tinggi.
Pada saat penurunan suhu dari 80 sampai 10 , tegangan yang
dihasilkan hampir tidak sama dengan nilai tegangan saat kenaikan suhu. Hal ini
terjadi karena air pada gelas beker kurang cepat berubah suhunya. Jadi saat
suhu belum dinaikkan, keadaan elektron didalam logam diam. Setelah dinaikkan
hingga 80 , elektron yang ada
pada logam bergerak cepat. Namun ketika suhunya dikembalikan ke suhu 10 , elektron tidak
seperti keadaan awal yang langsung diam,namun dia berusaha mempertahankan
posisinya dan akhirnya bisa kembali seperti awal.
Mengembalikan elektron seperti keadaan awal sangat sulit
karena elektron yang bergerak dipaksa untuk diam masih dipengaruhi oleh suhu
di permukaan air dengan dasar air yang
sedikit berbeda. Bila suhu yang ada di permukaan dengan di dasar sudah mencapai
suhu yang sama, elektron akan kembali seperti posisi awal. Inilah yang
menyebabkan nilai tegangan yang dihasilkan tidak sama antara kenaikan dengan
penurunan suhu
Pada termokopel 1 didapat nilai konstanta seebeck yaitu 0,039
dan termokopel 2 didapat nilai konstanta seebeck yaitu 0,056. Dapat dikatakan
bahwa kerapatan logam pada termokopel 1 lebih rapat daripada termokopel 2. Hal
ini disebabkan nilai konstanta seebeck pada termokopel 1 lebih kecil yang
menandakan elektron didalam logam termokopel tidak leluasa bergerak daripada
logam pada termokopel 2.
Tegangan yang dihasilkan tiap
termokopel juga berbeda karena logam yang digunakan pada tiap termokopel
berbeda. Termokopel mempunyai kaki negatip dan positip, tiap kaki digunakan
logam yang berbeda begitupun kerapatan pada logam juga berbeda. Karena yang
mempengaruhi gerak elektron adalah kerapatan suatu bahan logam, maka elektron
yang bergerak pada tiap kaki tidak sama kecepatannya sehingga timbullah
tegangan yang dihasilkan. Semakin rapat logam tersebut, semakin kecil nilai
tegangan. Dapat disimpulkan bahwa nilai kerapatan berbanding lurus dengan nilai
tegangan yang dihasilkan.
Berdasarkan data dari nilai
konstanta seebeck dari semua termokopel, termokopel 1 adalah termokopel tipe N
dan termokopel 2 adalah termokopel J. Dari percobaan dapat diketahui bahwa
termokopel tipe j ini lebih menguntungkan karena nilai konstanta seebecknya
lebih besar daripada konstanta seebeck termokopel tipe N.
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaaan termokopel
ini diperoleh kesimpulan bahwa konsep temperatur pada logam adalah berdasarkan
gerakan dari getaran yang dilakukan elektron didalam logam akibat ada pengaruh
luar. Dari konsep temperatur ini dapat diketahui termokopel 1 adalah termokopel
tipe N dan termokopel 2 adalah termokopel tipe J. termokopel 2 lebih baik
menghantarkan panas karena nilai konstanta seebecknya lebih besar daripada
nilai konstanta seebeck termokopel 2.
DAFTAR
PUSTAKA
Benedict, Robert P.
1984.”Fundamental of Temperature.
Pressure, and Flow
Measurements”. New York : A Willey – Interscience Publication
Prof. Ir. H.
Johannes. 1995.“Listrik dan Magnet”.
Jakarta : Balai Pustaka
Giancoli, Douglas
C. 2005.”Physics : Principles with
Application”. New York :
Pearson Education
Zemansky, Sears. 2000. “Fisika Universitas edisi 10 jilid 2”. Jakarta : Erlangga
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Visit My Channel
Popular Posts
Blog Archive
-
▼
2017
(80)
-
▼
May
(24)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM VISKOSITAS (M4)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GERAK PELURU (M6)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TETAPAN PEGAS (G2)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KECEPATAN SUARA DIUDARA (G1)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERCEPATAN GRAVITASI BUMI ...
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM INDEK BIAS (O2)
- TUGAS PENDAHULUAN PLAT KAPASITOR (L7)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TERMOKOPEL ( P3 )
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PLAT KAPASITOR (L7)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM VOLTAMETER (L2)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM Hukum Boyle P5
- Laporan Resmi Praktikum Tegangan Permukaan
- tugas pendahuluan Sentrifugal(M10)
- Tugas Pendahuluan Koefesien gesekan dan modulus el...
- Tugas Pendahuluan Momen inersia(M9)
- Tugas pendahuluan Bola jatuh bebas(M3)
- Tugas pendahuluan PENGUKURAN TEGANGAN PERMUKAAN(M7)
- Tugas Pendahuluan Voltameter(L2)
- Tugas Pendahuluan Viscositas Zat Cair(M4)
- Tugas Pendahuluan Panas yang Ditimbulkan Oleh Arus...
- Tugas Pendahuluan POLARIMETER(O3)
- Tugas Pendahuluan Hukum Boyle(P5)
- Tugas pendahuluan Gerak Peluru (M6)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM VOLTAMETER (L2)
-
▼
May
(24)
Totalah
Search This Blog
Pos Terbaruah
Materi Mekanika Fluida Teknik Aliran Invicid Inkompresibel PDF
Materi Mekanika Fluida Teknik Aliran Invicid Inkompresibel PDF Copyright please contact the author
0 comments:
Post a Comment
SIlahkan berkomentar, mari berdiskusi. Untuk bantuan atau permintaan bisa email kami. Semoga bermanfaat :)