Friday, May 5, 2017
On May 05, 2017 by Auli in lapres No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk mengukur besarnya kuat arus
yang mengalir dalam suatu rangkaian, kita dapat menggunakan suatu alat yang
disebut amperemeter. Dengan melihat penunjukan jarum amperemeter, kita bisa
mengetahui besarnya kuat arus. Namun nilai yang ditunjuk oleh jarum penunjuknya
sebenarnya bukan nilai kuat arus yang sebenarnya, karena amperemeter merupakan
salah satu contoh dari secondary instrument,
yang artinya bahwa harga yang ditunjukkan tidak mutlak tepat sehingga nilai
tersebut masih perlu disesuaikan.
Untuk mengetahui
keseksamaan dari jarum ampermeter, maka dilakukan percobaan dengan menggunakan
voltameter. Dengan voltameter kita dapat mengetahui besarnya arus yang mengalir
dalam rangkaian melalui suatu perhitungan dari pertambahan massa katodanya,
sebagai akibat adanya endapan.
Kita sering melihat orang menyepuh
logam dengan logam lain. Proses penyepuhan logam yang terjadi dengan perantara
suatu larutan (media) tersebut terjadi karena adanya arus listrik (beda
potensial listrik). Dari proses penyepuhan itu sendiri kita dapat mengetahui
berapa endapan logam dengan menggunakan sebuah alat yaitu voltameter.Voltameter
ini diberi nama sesuai dengan nama endapan yang terjadi pada katodanya (sebagai
indikator). Karena dalam percobaan terjadi endapan tembaga (Cu), maka disebut
voltameter tembaga.
1.2. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan tingkat keseksamaan dari penunjukan jarum amperemeter dengan
menggunakan voltameter tembaga bila dibandingkan dengan perhitungan dari hasil
percobaan dengan menggunakan persamaan/rumus yang berlaku.
1.3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang timbul
dalam percobaan ini adalah berapa besar kuat arus sesungguhnya, berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada. Hasilnya akan dibandingkan
dengan angka yang ditunjukkan oleh jarum amperemeter, sehingga diketahui
keseksamaannya.
Grafik yang menggambarkan
kuat arus yang sesungguhnya dengan kuat arus yang terbaca pada amperemeter,
akan digambarkan pula. Selanjutnya, akan dibahas kesimpulan dari percobaan ini
dan apakah telah sesuai dengan teori dasar atau tidak.
1.4. SISTEMATIKA LAPORAN
Laporan ini terdiri dari lima bab secara garis
besar dan, untuk lebih jelasnya maka susunan laporan adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang, tujuan
percobaan, permasalahan, sistematika laporan praktikum.
Bab II Dasar Teori merupakan penjelasan dan ulasan
singkat tentang teori dasar yang mendasari kegiatan percobaan yang dilakukan.
Bab III Cara Kerja dan Peralatan, dalam bab ini menerangkan tentang tata urutan
kerja yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan praktikum serta pengenalan
peralatan yang diperlukan dalam melakukan praktikum.
Bab IV Analisa Data dan Pembahasan, dalam
praktikum tentunya kita akan memperoleh data-data sehingga perlu adanya
penganalisaan lebih lanjut karena tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan
cara mengukur, tidak sempurnanya alat indera dan lain-lain. Dengan
memperhitungkan ralat-ralat dari data yang diperoleh dalam melakukan praktikum
agar mendapatkan data yang mempunyai ketelitian yang sesuai. Bab V Kesimpulan,
memberikan kesimpulan dari kegiatan praktikum yang dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI
Metal/logam dapat bertindak sebagai konduktor
listrik, akibat adanya pergerakan bebas dari elektron-elektron pada
strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut konduksi metalik.
Di dalam konduktor logam seperti
kawat tembaga atau perak, aliran listrik berupa aliran elektron. Aliran listrik
berasal dari sumber listrik seperti sel, baterai, adaptor maupun generator.
Pada setiap sumber listrik terdapat dua kutub, yaitu kutub positif dan negatif.
Antara kedua kutub ini terdapat beda potensial, akibat dari desakan atau
aktivitas elektron-elektron. Dan bila kedua kutub dihubungkan, terjadi aliran
listrik dari kutub negatif ke kutub positif melalui hubungan luar. Besarnya
arus listrik, yaitu jumlah elektron yang mengalir per satuan waktu, kecuali
tergantung beda potensial dan juga tahanan penghantarnya. Tahanan ini tergantung
pada jenis penghantar, temperatur, penampang penghantar dan panjang penghantar.
Untuk
larutan elektrolit, yang mempunyai arti penting adalah harga kebalikan dari
tahanan, yang disebut daya hantar listrik (konduktans). Besarnya arus listrik
yang mengalir tiap satuan waktu sangatlah kecil, hingga dibuat pengertian kuat
arus yang lain yang disebut ampere (i). Satu ampere adalah arus listrik, yang
tiap detik dapat mengendapkan 0,001118 gram perak (Ag) dari larutan perak
nitrat (AgNO3).Larutan elektrolit memiliki kecenderungan sebagai
konduksi listrik, dan peristiwanya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar II.1 Daya hantar
larutan elektrolit
Kedua elektroda
dihubungkan dengan sumber listrik searah (DC), elektroda yang dihubungkan
dengan kutub negatif disebut katoda sedangkan yang dihubungkan dengan kutub
positif disebut sebagai anoda. Selanjutnya ion-ion pada larutan akan bergerak
berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke elektrode negatif (katoda),
sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak ke arah elektrode positif (anoda).
Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa
energi listrik, yang disebut sebagai peristiwa elektrolisis. Kemudian bila
ion-ion dalam larutan mengalami kontak dengan elektroda maka reaksi kimia akan
terjadi. Pada katoda akan mengalami reduksi dan pada anoda akan mengalami
oksidasi. Hasil elektrolisis tergantung dari jenis elektrolit dan juga
elektroda yang digunakan.
Larutan yang dipakai dalam percobaan
adalah CuSO4, maka reaksi kimia yang terjadi bila terjadi arus
listrik adalah :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Anoda : H2O 2H+ + O2-
Katoda :
Cu2+ Cu
+ 2 e-
Dari reaksi kimia di atas, dapat
dilihat bahwa Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju
katoda.Sehingga anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai untuk menetralkan
SO42- .
Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka
untuk menghitung besarnya kuat arus diperlukan massa endapan logam di katoda.
Sesuai dengan hukum Faraday I yang menyatakan :
“Massa zat yang timbul pada elektroda karena proses
elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang mengalir
melalui larutan.”
Kemudian
dari pernyataan tersebut dapat dibuat suatu persamaan rumus seperti di bawah
ini :
G
~ q G
= a x (i x t)
G
i = a . t
G = Massa endapan logam (gr)
a = Ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)
i = Arus (Ampere)
t = Waktu (detik)
Jumlah arus
yang akan dialirkan, secara kuantitatif dinyatakan sebagai 1 Faraday, sehingga
sesuai pula dengan satuan standar kelistrikan yang menyatakan banyaknya
elektron yang melewati elektrolit adalah Coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron
= 96500 Coloumb
Sesuai dengan reaksi dan
definisi ekivalensi elektrokimia, yaitu meruipakan berat zat yang diperlukan
untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol elektron, maka harga elektrovalensi
kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:
Dari hukum Faraday, rumus
untuk mencari ekivalensi elektrokimia (a) adalah :
G G G
a = = =
(i . t) 1 Faraday 96500
Karena 1 mol Cu (63,5) gr
menghasilkan 2 mol e-, maka
diperlukan ½ mol Cu untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga harga
ekivalensi elektrokimia (a) untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut :
(½ )
G
a = gr =
0,3293 mg / C
96500
C
Setelah
ekivalensi elektrokimia diketahui maka
harga i dapat ditentukan melalui persamaan :
i = G
/ (a . t)
i = G
/ (0,3293 . t)
Kemudian
kuat arus sesungguhnya (Is) dapat dihitung dengan memasukkan jumlah
endapan pada katoda. Dan nantinya akan dibandingkan dengan harga I yang
ditunjukkan jarum amperemeter. Dengan demikian, besarnya keseksamaan dari
penunjukan jarum amperemeter dengan voltameter tembaga dapat diperhitungkan
dengan ralat perhitungan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah :
1.
Voltameter tembaga dengan
perlengkapannya = 1
set
2.
Amperemeter = 1
buah
3.
Timbangan analisa = 1
buah
4.
Tahanan geser (Rg) =
1
buah
5.
Tahanan variabel 10x10 W
(Rv) = 1
buah
6.
Sumber tegangan DC (adaptor) = 1
buah
7.
Stopwatch = 1 buah
3.2. CARA KERJA.
Cara kerja dalam
melakukan percobaan :
1.
Menghitung arus maksimum, dengan
mengukur luas permukaan katoda bila kepadatan arus 0,01 - 0,02 A/cm2
.
2.
Membersihkan elektroda dengan
kertas gosok kemudian mengukur massa elektroda dengan neraca analitis.
3.
Membuat rangkaian seperti gambar di
bawah, kita gunakan nilai i tertentu
dengan mengatur Rv (tahanan variabel). Catat harga yang ditunjukkan amperemeter
dan mengusahakan harga i tetap dengan mengatur Rg (tahanan geser).
Gambar
III.1 Rangkaian Percobaan Voltameter
4.
Setelah ± 10 menit,
aliran listrik diputus lalu elektroda dikeringkan. Kemudian elektroda tersebut
ditimbang, dan selisih berat antara berat setelah dikeringkan dengan berat awal
merupakan berat endapan.
5.
Ulangi langkah 2 - 4 sebanyak 5
kali dengan selang waktu yang sama.
6.
Ulangi langkah 2 - 5 untuk nilai
kuat arus yang lain.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. ANALISA DATA
Dari data-data hasil
percobaan maka dibuatlah analisa data sebagai berikut :
Tabel 4.1.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
0,6
0,6
0,6
|
0,15
0,17
0,12
|
600
600
600
|
Tabel 4.1.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,15
0,17
0,12
|
0
0,02
-
0,03
|
0
0,0004
0,0009
|
|
S
( X – X )2 = 0,0013
|
0,15 +
0,12 + 0,17 0,44
X =
= = 0,15
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n
( n – 1 )
0,0013 1/2
= = 0,015
6
Ralat Nisbi
:
D 0,015
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,15
=
10 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 10
% =
90 %
Tabel 4.2.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
0,9
0,9
0,9
|
0,25
0,27
0,24
|
600
600
600
|
Tabel 4.2.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,25
0,27
0,24
|
0
0,02
-
0,01
|
0
0,0004
0,0001
|
|
S
( X – X )2 = 0,0005
|
0,25 +
0,24 + 0,27 0,76
X =
= = 0,25
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n
( n – 1 )
0,0005 1/2
= = 0,009
6
Ralat Nisbi
:
D 0,009
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,25
=
3,6 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 3,6
% =
96,4 %
Tabel 4.3.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
1
1
1
|
0,35
0,33
0,35
|
600
600
600
|
Tabel 4.3.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,35
0,33
0,35
|
0,01
0,01
0,01
|
0,0001
0,0001
0,0001
|
|
S
( X – X )2 = 0,0003
|
0,35
+ 0,33 +
0,35 1,03
X = = = 0,34
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n ( n – 1 )
0,0003 1/2
= = 0,007
6
Ralat Nisbi
:
D 0,007
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,34
=
2 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 2
% = 98 %
4.2. PEMBAHASAN
1). Menghitung arus yang sebenarnya ( Is
) berdasarkan data pada :
q Tabel
4.1
G ( 0,15 +
0,0015 ) . 103
I = =
a . t 0,329 . 600
= 0,684 + 0,84 A
q Tabel
4.2
G ( 0,25 +
0,0009 ) . 103
I = =
a . t 0,329 . 600
= 1,2 + 1,3
A
q Tabel
4.3
G ( 0,15 +
0,0015 ) . 103
I =
=
a . t 0,329 . 600
= 1,69 + 1,76 A
2). Membuat grafik hubungan antara Ia (absis)
dengan Is (ordinat) dg regresi linier
BAB V
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan percobaan dan perhitungan yang telah
dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
§
Larutan elektrolit dapat bersifat
sebagai konduktor dengan disertai perubahan kimia, yaitu dengan timbulnya
endapan pada katodanya.
§
Nilai ekivalensi elektrokimia suatu
atom dapat ditentukan dengan melihat reaksi kimia yang terjadi. Dan menyangkut
dengan berat atom (Ar) maupun valensinya.
§
Hubungan antara kuat arus (i)
dengan tahanan variabel (Rv) adalah berbanding terbalik.
§
Penunjukan besarnya arus listrik
oleh jarum amperemeter selalu lebih kecil daripada kuat arus sebenarnya.
Melihat analisa diatas, dapat diketahui bahwa besarnya arus yang terbaca
pada amperemeter jauh lebih kecil daripada besar arus sesungguhnya. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
·
Kurang bersihnya dalam melakukan
penggosokan/pencucian katoda setelah terjadi endapan.
·
Ketidakstabilan arus listrik,
sehingga tahanan geser harus selalu
diatur agar besarnya arus tetap konstan.
·
Keakuratan alat ukur (terutama
neraca analitis) dan ketelitian pengukuran oleh praktikan.
·
Waktu penekanan tombol stopwatch
dan pemberian arus tidak bersamaan begitu pula saat pengamatan dihentikan.
Larutan
elektrolit dan elektroda yang dipakai tidak diperhitungkan sebagai suatu
hambatan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sears and Zemansky, “Fisika Untuk
Universitas 2”, Binacipta, Bandung, 1986.
2.
Stevenson – Moore, “Theory of
Physics”, McGill Unirversity, Departemen of Physics, W. B. Saunders Company,
Philadelphia and London, 1967.
3.
Prof.Dr.Sukardjo, “Kimia
Anorganik”, Rineka Cipta, Jakarta, 1985.
4.
Potter, E.C.,”Electro Chemistry ;
Principles and Applications”, St.Martin Press., New York, 1966.
TUGAS
TAMBAHAN
Pertanyaan
:
1.
Bagaimana hubungan antara i dengan
Rv dari persamaan yang ada ?
2.
Pada hasil percobaan yang terjadi,
perubahan fisika dan kimia seperti apa yang terjadi ?
3.
Mengapa pada air raksa tidak
terjadi perubahan kimia bila dialiri arus listrik ?
4.
Terangkan bagaimana terbentuknya
endapan dalam lempengan ?
Pembahasan
:
1.
hjghrsghsdjfghjkfsdghsdfg
2.
Pada hasil percobaan terjadi perubahan
kimia dan fisika. Perubahan fisika yang terjadi adalah dengan adanya
pertambahan massa pada lempengan katoda akibat terjadi endapan tembaga (Cu)
yang menempel pada katoda. Sedangkan perubahan kimia yang terjadi adalah adanya
perubahan ion-ion Cu dari larutan elektrolit yang digunakan menjadi unsur Cu
yang secara fisik ditandai terjadi adanya endapan pada katoda yang digunakan.
3.
Pada air raksa tidak akan terjadi
perubahan kimia bila dialiri arus listrik. Hal ini dikarenakan air raksa
sebenarnya bukan merupakan larutan melainkan merupakan logam yang secara fisik
dapat kita lihat dia sebagai zat cair, jadi bisa disebut sebagai logam cair.
Maka bila dialiri arus air raksa akan menjadi konduktor seperti halnya
logam-logam yang lain.
4.
Penjelasan terjadinya endapan pada
katoda adalah sebagai berikut. Setelah rangkaian percobaan terpasang semuanya,
kedua elektroda dihubungkan dengan sumber listrik searah (DC), elektroda yang
dihubungkan dengan kutub negatif disebut katoda sedangkan yang dihubungkan
dengan kutub positif disebut sebagai anoda. Selanjutnya ion-ion pada larutan
akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke
elektrode negatif (katoda), sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak ke arah
elektrode positif (anoda).
Pergerakan-pergerakan
muatan ion dalam larutan akan membawa energi listrik, yang disebut sebagai
peristiwa elektrolisis. Kemudian bila ion-ion dalam larutan mengalami kontak
dengan elektroda maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katoda akan mengalami
reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi. Hasil elektrolisis tergantung
dari jenis elektrolit dan juga elektroda yang digunakan.
Karena
pada percobaan ini larutan yang dipakai dalam percobaan adalah CuSO4,
maka reaksi kimia yang terjadi bila terjadi arus listrik adalah :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Anoda :
H2O 2H+ + O2-
Katoda :
Cu2+ Cu
+ 2 e-
Dari
reaksi kimia di atas, dapat dilihat bahwa Cu2+ dari larutan garam
bergerak menuju katoda.Sehingga anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai
untuk menetralkan SO42-. Sehingga dapt kita lihat pada
katoda akan terjadi endapan Cu, hal ini pun dikuatkan dengan adanya hukum
Faraday yang menyatakan bahwa “ Apabila arus i mengalir dalam t detik maka pada
kutub negatif (katoda) terjadi endapan sebesar G gram.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk mengukur besarnya kuat arus
yang mengalir dalam suatu rangkaian, kita dapat menggunakan suatu alat yang
disebut amperemeter. Dengan melihat penunjukan jarum amperemeter, kita bisa
mengetahui besarnya kuat arus. Namun nilai yang ditunjuk oleh jarum penunjuknya
sebenarnya bukan nilai kuat arus yang sebenarnya, karena amperemeter merupakan
salah satu contoh dari secondary instrument,
yang artinya bahwa harga yang ditunjukkan tidak mutlak tepat sehingga nilai
tersebut masih perlu disesuaikan.
Untuk mengetahui
keseksamaan dari jarum ampermeter, maka dilakukan percobaan dengan menggunakan
voltameter. Dengan voltameter kita dapat mengetahui besarnya arus yang mengalir
dalam rangkaian melalui suatu perhitungan dari pertambahan massa katodanya,
sebagai akibat adanya endapan.
Kita sering melihat orang menyepuh
logam dengan logam lain. Proses penyepuhan logam yang terjadi dengan perantara
suatu larutan (media) tersebut terjadi karena adanya arus listrik (beda
potensial listrik). Dari proses penyepuhan itu sendiri kita dapat mengetahui
berapa endapan logam dengan menggunakan sebuah alat yaitu voltameter.Voltameter
ini diberi nama sesuai dengan nama endapan yang terjadi pada katodanya (sebagai
indikator). Karena dalam percobaan terjadi endapan tembaga (Cu), maka disebut
voltameter tembaga.
1.2. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan tingkat keseksamaan dari penunjukan jarum amperemeter dengan
menggunakan voltameter tembaga bila dibandingkan dengan perhitungan dari hasil
percobaan dengan menggunakan persamaan/rumus yang berlaku.
1.3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang timbul
dalam percobaan ini adalah berapa besar kuat arus sesungguhnya, berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada. Hasilnya akan dibandingkan
dengan angka yang ditunjukkan oleh jarum amperemeter, sehingga diketahui
keseksamaannya.
Grafik yang menggambarkan
kuat arus yang sesungguhnya dengan kuat arus yang terbaca pada amperemeter,
akan digambarkan pula. Selanjutnya, akan dibahas kesimpulan dari percobaan ini
dan apakah telah sesuai dengan teori dasar atau tidak.
1.4. SISTEMATIKA LAPORAN
Laporan ini terdiri dari lima bab secara garis
besar dan, untuk lebih jelasnya maka susunan laporan adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang, tujuan
percobaan, permasalahan, sistematika laporan praktikum.
Bab II Dasar Teori merupakan penjelasan dan ulasan
singkat tentang teori dasar yang mendasari kegiatan percobaan yang dilakukan.
Bab III Cara Kerja dan Peralatan, dalam bab ini menerangkan tentang tata urutan
kerja yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan praktikum serta pengenalan
peralatan yang diperlukan dalam melakukan praktikum.
Bab IV Analisa Data dan Pembahasan, dalam
praktikum tentunya kita akan memperoleh data-data sehingga perlu adanya
penganalisaan lebih lanjut karena tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan
cara mengukur, tidak sempurnanya alat indera dan lain-lain. Dengan
memperhitungkan ralat-ralat dari data yang diperoleh dalam melakukan praktikum
agar mendapatkan data yang mempunyai ketelitian yang sesuai. Bab V Kesimpulan,
memberikan kesimpulan dari kegiatan praktikum yang dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI
Metal/logam dapat bertindak sebagai konduktor
listrik, akibat adanya pergerakan bebas dari elektron-elektron pada
strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut konduksi metalik.
Di dalam konduktor logam seperti
kawat tembaga atau perak, aliran listrik berupa aliran elektron. Aliran listrik
berasal dari sumber listrik seperti sel, baterai, adaptor maupun generator.
Pada setiap sumber listrik terdapat dua kutub, yaitu kutub positif dan negatif.
Antara kedua kutub ini terdapat beda potensial, akibat dari desakan atau
aktivitas elektron-elektron. Dan bila kedua kutub dihubungkan, terjadi aliran
listrik dari kutub negatif ke kutub positif melalui hubungan luar. Besarnya
arus listrik, yaitu jumlah elektron yang mengalir per satuan waktu, kecuali
tergantung beda potensial dan juga tahanan penghantarnya. Tahanan ini tergantung
pada jenis penghantar, temperatur, penampang penghantar dan panjang penghantar.
Untuk
larutan elektrolit, yang mempunyai arti penting adalah harga kebalikan dari
tahanan, yang disebut daya hantar listrik (konduktans). Besarnya arus listrik
yang mengalir tiap satuan waktu sangatlah kecil, hingga dibuat pengertian kuat
arus yang lain yang disebut ampere (i). Satu ampere adalah arus listrik, yang
tiap detik dapat mengendapkan 0,001118 gram perak (Ag) dari larutan perak
nitrat (AgNO3).Larutan elektrolit memiliki kecenderungan sebagai
konduksi listrik, dan peristiwanya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar II.1 Daya hantar
larutan elektrolit
Kedua elektroda
dihubungkan dengan sumber listrik searah (DC), elektroda yang dihubungkan
dengan kutub negatif disebut katoda sedangkan yang dihubungkan dengan kutub
positif disebut sebagai anoda. Selanjutnya ion-ion pada larutan akan bergerak
berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke elektrode negatif (katoda),
sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak ke arah elektrode positif (anoda).
Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa
energi listrik, yang disebut sebagai peristiwa elektrolisis. Kemudian bila
ion-ion dalam larutan mengalami kontak dengan elektroda maka reaksi kimia akan
terjadi. Pada katoda akan mengalami reduksi dan pada anoda akan mengalami
oksidasi. Hasil elektrolisis tergantung dari jenis elektrolit dan juga
elektroda yang digunakan.
Larutan yang dipakai dalam percobaan
adalah CuSO4, maka reaksi kimia yang terjadi bila terjadi arus
listrik adalah :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Anoda : H2O 2H+ + O2-
Katoda :
Cu2+ Cu
+ 2 e-
Dari reaksi kimia di atas, dapat
dilihat bahwa Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju
katoda.Sehingga anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai untuk menetralkan
SO42- .
Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka
untuk menghitung besarnya kuat arus diperlukan massa endapan logam di katoda.
Sesuai dengan hukum Faraday I yang menyatakan :
“Massa zat yang timbul pada elektroda karena proses
elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang mengalir
melalui larutan.”
Kemudian
dari pernyataan tersebut dapat dibuat suatu persamaan rumus seperti di bawah
ini :
G
~ q G
= a x (i x t)
G
i = a . t
G = Massa endapan logam (gr)
a = Ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)
i = Arus (Ampere)
t = Waktu (detik)
Jumlah arus
yang akan dialirkan, secara kuantitatif dinyatakan sebagai 1 Faraday, sehingga
sesuai pula dengan satuan standar kelistrikan yang menyatakan banyaknya
elektron yang melewati elektrolit adalah Coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron
= 96500 Coloumb
Sesuai dengan reaksi dan
definisi ekivalensi elektrokimia, yaitu meruipakan berat zat yang diperlukan
untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol elektron, maka harga elektrovalensi
kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:
Dari hukum Faraday, rumus
untuk mencari ekivalensi elektrokimia (a) adalah :
G G G
a = = =
(i . t) 1 Faraday 96500
Karena 1 mol Cu (63,5) gr
menghasilkan 2 mol e-, maka
diperlukan ½ mol Cu untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga harga
ekivalensi elektrokimia (a) untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut :
(½ )
G
a = gr =
0,3293 mg / C
96500
C
Setelah
ekivalensi elektrokimia diketahui maka
harga i dapat ditentukan melalui persamaan :
i = G
/ (a . t)
i = G
/ (0,3293 . t)
Kemudian
kuat arus sesungguhnya (Is) dapat dihitung dengan memasukkan jumlah
endapan pada katoda. Dan nantinya akan dibandingkan dengan harga I yang
ditunjukkan jarum amperemeter. Dengan demikian, besarnya keseksamaan dari
penunjukan jarum amperemeter dengan voltameter tembaga dapat diperhitungkan
dengan ralat perhitungan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah :
1.
Voltameter tembaga dengan
perlengkapannya = 1
set
2.
Amperemeter = 1
buah
3.
Timbangan analisa = 1
buah
4.
Tahanan geser (Rg) =
1
buah
5.
Tahanan variabel 10x10 W
(Rv) = 1
buah
6.
Sumber tegangan DC (adaptor) = 1
buah
7.
Stopwatch = 1 buah
3.2. CARA KERJA.
Cara kerja dalam
melakukan percobaan :
1.
Menghitung arus maksimum, dengan
mengukur luas permukaan katoda bila kepadatan arus 0,01 - 0,02 A/cm2
.
2.
Membersihkan elektroda dengan
kertas gosok kemudian mengukur massa elektroda dengan neraca analitis.
3.
Membuat rangkaian seperti gambar di
bawah, kita gunakan nilai i tertentu
dengan mengatur Rv (tahanan variabel). Catat harga yang ditunjukkan amperemeter
dan mengusahakan harga i tetap dengan mengatur Rg (tahanan geser).
Gambar
III.1 Rangkaian Percobaan Voltameter
4.
Setelah ± 10 menit,
aliran listrik diputus lalu elektroda dikeringkan. Kemudian elektroda tersebut
ditimbang, dan selisih berat antara berat setelah dikeringkan dengan berat awal
merupakan berat endapan.
5.
Ulangi langkah 2 - 4 sebanyak 5
kali dengan selang waktu yang sama.
6.
Ulangi langkah 2 - 5 untuk nilai
kuat arus yang lain.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. ANALISA DATA
Dari data-data hasil
percobaan maka dibuatlah analisa data sebagai berikut :
Tabel 4.1.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
0,6
0,6
0,6
|
0,15
0,17
0,12
|
600
600
600
|
Tabel 4.1.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,15
0,17
0,12
|
0
0,02
-
0,03
|
0
0,0004
0,0009
|
|
S
( X – X )2 = 0,0013
|
0,15 +
0,12 + 0,17 0,44
X =
= = 0,15
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n
( n – 1 )
0,0013 1/2
= = 0,015
6
Ralat Nisbi
:
D 0,015
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,15
=
10 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 10
% =
90 %
Tabel 4.2.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
0,9
0,9
0,9
|
0,25
0,27
0,24
|
600
600
600
|
Tabel 4.2.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,25
0,27
0,24
|
0
0,02
-
0,01
|
0
0,0004
0,0001
|
|
S
( X – X )2 = 0,0005
|
0,25 +
0,24 + 0,27 0,76
X =
= = 0,25
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n
( n – 1 )
0,0005 1/2
= = 0,009
6
Ralat Nisbi
:
D 0,009
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,25
=
3,6 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 3,6
% =
96,4 %
Tabel 4.3.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
1
1
1
|
0,35
0,33
0,35
|
600
600
600
|
Tabel 4.3.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,35
0,33
0,35
|
0,01
0,01
0,01
|
0,0001
0,0001
0,0001
|
|
S
( X – X )2 = 0,0003
|
0,35
+ 0,33 +
0,35 1,03
X = = = 0,34
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n ( n – 1 )
0,0003 1/2
= = 0,007
6
Ralat Nisbi
:
D 0,007
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,34
=
2 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 2
% = 98 %
4.2. PEMBAHASAN
1). Menghitung arus yang sebenarnya ( Is
) berdasarkan data pada :
q Tabel
4.1
G ( 0,15 +
0,0015 ) . 103
I = =
a . t 0,329 . 600
= 0,684 + 0,84 A
q Tabel
4.2
G ( 0,25 +
0,0009 ) . 103
I = =
a . t 0,329 . 600
= 1,2 + 1,3
A
q Tabel
4.3
G ( 0,15 +
0,0015 ) . 103
I =
=
a . t 0,329 . 600
= 1,69 + 1,76 A
2). Membuat grafik hubungan antara Ia (absis)
dengan Is (ordinat) dg regresi linier
BAB V
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan percobaan dan perhitungan yang telah
dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
§
Larutan elektrolit dapat bersifat
sebagai konduktor dengan disertai perubahan kimia, yaitu dengan timbulnya
endapan pada katodanya.
§
Nilai ekivalensi elektrokimia suatu
atom dapat ditentukan dengan melihat reaksi kimia yang terjadi. Dan menyangkut
dengan berat atom (Ar) maupun valensinya.
§
Hubungan antara kuat arus (i)
dengan tahanan variabel (Rv) adalah berbanding terbalik.
§
Penunjukan besarnya arus listrik
oleh jarum amperemeter selalu lebih kecil daripada kuat arus sebenarnya.
Melihat analisa diatas, dapat diketahui bahwa besarnya arus yang terbaca
pada amperemeter jauh lebih kecil daripada besar arus sesungguhnya. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
·
Kurang bersihnya dalam melakukan
penggosokan/pencucian katoda setelah terjadi endapan.
·
Ketidakstabilan arus listrik,
sehingga tahanan geser harus selalu
diatur agar besarnya arus tetap konstan.
·
Keakuratan alat ukur (terutama
neraca analitis) dan ketelitian pengukuran oleh praktikan.
·
Waktu penekanan tombol stopwatch
dan pemberian arus tidak bersamaan begitu pula saat pengamatan dihentikan.
Larutan
elektrolit dan elektroda yang dipakai tidak diperhitungkan sebagai suatu
hambatan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sears and Zemansky, “Fisika Untuk
Universitas 2”, Binacipta, Bandung, 1986.
2.
Stevenson – Moore, “Theory of
Physics”, McGill Unirversity, Departemen of Physics, W. B. Saunders Company,
Philadelphia and London, 1967.
3.
Prof.Dr.Sukardjo, “Kimia
Anorganik”, Rineka Cipta, Jakarta, 1985.
4.
Potter, E.C.,”Electro Chemistry ;
Principles and Applications”, St.Martin Press., New York, 1966.
TUGAS
TAMBAHAN
Pertanyaan
:
1.
Bagaimana hubungan antara i dengan
Rv dari persamaan yang ada ?
2.
Pada hasil percobaan yang terjadi,
perubahan fisika dan kimia seperti apa yang terjadi ?
3.
Mengapa pada air raksa tidak
terjadi perubahan kimia bila dialiri arus listrik ?
4.
Terangkan bagaimana terbentuknya
endapan dalam lempengan ?
Pembahasan
:
1.
hjghrsghsdjfghjkfsdghsdfg
2.
Pada hasil percobaan terjadi perubahan
kimia dan fisika. Perubahan fisika yang terjadi adalah dengan adanya
pertambahan massa pada lempengan katoda akibat terjadi endapan tembaga (Cu)
yang menempel pada katoda. Sedangkan perubahan kimia yang terjadi adalah adanya
perubahan ion-ion Cu dari larutan elektrolit yang digunakan menjadi unsur Cu
yang secara fisik ditandai terjadi adanya endapan pada katoda yang digunakan.
3.
Pada air raksa tidak akan terjadi
perubahan kimia bila dialiri arus listrik. Hal ini dikarenakan air raksa
sebenarnya bukan merupakan larutan melainkan merupakan logam yang secara fisik
dapat kita lihat dia sebagai zat cair, jadi bisa disebut sebagai logam cair.
Maka bila dialiri arus air raksa akan menjadi konduktor seperti halnya
logam-logam yang lain.
4.
Penjelasan terjadinya endapan pada
katoda adalah sebagai berikut. Setelah rangkaian percobaan terpasang semuanya,
kedua elektroda dihubungkan dengan sumber listrik searah (DC), elektroda yang
dihubungkan dengan kutub negatif disebut katoda sedangkan yang dihubungkan
dengan kutub positif disebut sebagai anoda. Selanjutnya ion-ion pada larutan
akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke
elektrode negatif (katoda), sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak ke arah
elektrode positif (anoda).
Pergerakan-pergerakan
muatan ion dalam larutan akan membawa energi listrik, yang disebut sebagai
peristiwa elektrolisis. Kemudian bila ion-ion dalam larutan mengalami kontak
dengan elektroda maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katoda akan mengalami
reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi. Hasil elektrolisis tergantung
dari jenis elektrolit dan juga elektroda yang digunakan.
Karena
pada percobaan ini larutan yang dipakai dalam percobaan adalah CuSO4,
maka reaksi kimia yang terjadi bila terjadi arus listrik adalah :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Anoda :
H2O 2H+ + O2-
Katoda :
Cu2+ Cu
+ 2 e-
Dari
reaksi kimia di atas, dapat dilihat bahwa Cu2+ dari larutan garam
bergerak menuju katoda.Sehingga anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai
untuk menetralkan SO42-. Sehingga dapt kita lihat pada
katoda akan terjadi endapan Cu, hal ini pun dikuatkan dengan adanya hukum
Faraday yang menyatakan bahwa “ Apabila arus i mengalir dalam t detik maka pada
kutub negatif (katoda) terjadi endapan sebesar G gram.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk mengukur besarnya kuat arus
yang mengalir dalam suatu rangkaian, kita dapat menggunakan suatu alat yang
disebut amperemeter. Dengan melihat penunjukan jarum amperemeter, kita bisa
mengetahui besarnya kuat arus. Namun nilai yang ditunjuk oleh jarum penunjuknya
sebenarnya bukan nilai kuat arus yang sebenarnya, karena amperemeter merupakan
salah satu contoh dari secondary instrument,
yang artinya bahwa harga yang ditunjukkan tidak mutlak tepat sehingga nilai
tersebut masih perlu disesuaikan.
Untuk mengetahui
keseksamaan dari jarum ampermeter, maka dilakukan percobaan dengan menggunakan
voltameter. Dengan voltameter kita dapat mengetahui besarnya arus yang mengalir
dalam rangkaian melalui suatu perhitungan dari pertambahan massa katodanya,
sebagai akibat adanya endapan.
Kita sering melihat orang menyepuh
logam dengan logam lain. Proses penyepuhan logam yang terjadi dengan perantara
suatu larutan (media) tersebut terjadi karena adanya arus listrik (beda
potensial listrik). Dari proses penyepuhan itu sendiri kita dapat mengetahui
berapa endapan logam dengan menggunakan sebuah alat yaitu voltameter.Voltameter
ini diberi nama sesuai dengan nama endapan yang terjadi pada katodanya (sebagai
indikator). Karena dalam percobaan terjadi endapan tembaga (Cu), maka disebut
voltameter tembaga.
1.2. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan tingkat keseksamaan dari penunjukan jarum amperemeter dengan
menggunakan voltameter tembaga bila dibandingkan dengan perhitungan dari hasil
percobaan dengan menggunakan persamaan/rumus yang berlaku.
1.3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang timbul
dalam percobaan ini adalah berapa besar kuat arus sesungguhnya, berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada. Hasilnya akan dibandingkan
dengan angka yang ditunjukkan oleh jarum amperemeter, sehingga diketahui
keseksamaannya.
Grafik yang menggambarkan
kuat arus yang sesungguhnya dengan kuat arus yang terbaca pada amperemeter,
akan digambarkan pula. Selanjutnya, akan dibahas kesimpulan dari percobaan ini
dan apakah telah sesuai dengan teori dasar atau tidak.
1.4. SISTEMATIKA LAPORAN
Laporan ini terdiri dari lima bab secara garis
besar dan, untuk lebih jelasnya maka susunan laporan adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang, tujuan
percobaan, permasalahan, sistematika laporan praktikum.
Bab II Dasar Teori merupakan penjelasan dan ulasan
singkat tentang teori dasar yang mendasari kegiatan percobaan yang dilakukan.
Bab III Cara Kerja dan Peralatan, dalam bab ini menerangkan tentang tata urutan
kerja yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan praktikum serta pengenalan
peralatan yang diperlukan dalam melakukan praktikum.
Bab IV Analisa Data dan Pembahasan, dalam
praktikum tentunya kita akan memperoleh data-data sehingga perlu adanya
penganalisaan lebih lanjut karena tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan
cara mengukur, tidak sempurnanya alat indera dan lain-lain. Dengan
memperhitungkan ralat-ralat dari data yang diperoleh dalam melakukan praktikum
agar mendapatkan data yang mempunyai ketelitian yang sesuai. Bab V Kesimpulan,
memberikan kesimpulan dari kegiatan praktikum yang dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI
Metal/logam dapat bertindak sebagai konduktor
listrik, akibat adanya pergerakan bebas dari elektron-elektron pada
strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut konduksi metalik.
Di dalam konduktor logam seperti
kawat tembaga atau perak, aliran listrik berupa aliran elektron. Aliran listrik
berasal dari sumber listrik seperti sel, baterai, adaptor maupun generator.
Pada setiap sumber listrik terdapat dua kutub, yaitu kutub positif dan negatif.
Antara kedua kutub ini terdapat beda potensial, akibat dari desakan atau
aktivitas elektron-elektron. Dan bila kedua kutub dihubungkan, terjadi aliran
listrik dari kutub negatif ke kutub positif melalui hubungan luar. Besarnya
arus listrik, yaitu jumlah elektron yang mengalir per satuan waktu, kecuali
tergantung beda potensial dan juga tahanan penghantarnya. Tahanan ini tergantung
pada jenis penghantar, temperatur, penampang penghantar dan panjang penghantar.
Untuk
larutan elektrolit, yang mempunyai arti penting adalah harga kebalikan dari
tahanan, yang disebut daya hantar listrik (konduktans). Besarnya arus listrik
yang mengalir tiap satuan waktu sangatlah kecil, hingga dibuat pengertian kuat
arus yang lain yang disebut ampere (i). Satu ampere adalah arus listrik, yang
tiap detik dapat mengendapkan 0,001118 gram perak (Ag) dari larutan perak
nitrat (AgNO3).Larutan elektrolit memiliki kecenderungan sebagai
konduksi listrik, dan peristiwanya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar II.1 Daya hantar
larutan elektrolit
Kedua elektroda
dihubungkan dengan sumber listrik searah (DC), elektroda yang dihubungkan
dengan kutub negatif disebut katoda sedangkan yang dihubungkan dengan kutub
positif disebut sebagai anoda. Selanjutnya ion-ion pada larutan akan bergerak
berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke elektrode negatif (katoda),
sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak ke arah elektrode positif (anoda).
Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa
energi listrik, yang disebut sebagai peristiwa elektrolisis. Kemudian bila
ion-ion dalam larutan mengalami kontak dengan elektroda maka reaksi kimia akan
terjadi. Pada katoda akan mengalami reduksi dan pada anoda akan mengalami
oksidasi. Hasil elektrolisis tergantung dari jenis elektrolit dan juga
elektroda yang digunakan.
Larutan yang dipakai dalam percobaan
adalah CuSO4, maka reaksi kimia yang terjadi bila terjadi arus
listrik adalah :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Anoda : H2O 2H+ + O2-
Katoda :
Cu2+ Cu
+ 2 e-
Dari reaksi kimia di atas, dapat
dilihat bahwa Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju
katoda.Sehingga anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai untuk menetralkan
SO42- .
Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka
untuk menghitung besarnya kuat arus diperlukan massa endapan logam di katoda.
Sesuai dengan hukum Faraday I yang menyatakan :
“Massa zat yang timbul pada elektroda karena proses
elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang mengalir
melalui larutan.”
Kemudian
dari pernyataan tersebut dapat dibuat suatu persamaan rumus seperti di bawah
ini :
G
~ q G
= a x (i x t)
G
i = a . t
G = Massa endapan logam (gr)
a = Ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)
i = Arus (Ampere)
t = Waktu (detik)
Jumlah arus
yang akan dialirkan, secara kuantitatif dinyatakan sebagai 1 Faraday, sehingga
sesuai pula dengan satuan standar kelistrikan yang menyatakan banyaknya
elektron yang melewati elektrolit adalah Coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron
= 96500 Coloumb
Sesuai dengan reaksi dan
definisi ekivalensi elektrokimia, yaitu meruipakan berat zat yang diperlukan
untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol elektron, maka harga elektrovalensi
kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:
Dari hukum Faraday, rumus
untuk mencari ekivalensi elektrokimia (a) adalah :
G G G
a = = =
(i . t) 1 Faraday 96500
Karena 1 mol Cu (63,5) gr
menghasilkan 2 mol e-, maka
diperlukan ½ mol Cu untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga harga
ekivalensi elektrokimia (a) untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut :
(½ )
G
a = gr =
0,3293 mg / C
96500
C
Setelah
ekivalensi elektrokimia diketahui maka
harga i dapat ditentukan melalui persamaan :
i = G
/ (a . t)
i = G
/ (0,3293 . t)
Kemudian
kuat arus sesungguhnya (Is) dapat dihitung dengan memasukkan jumlah
endapan pada katoda. Dan nantinya akan dibandingkan dengan harga I yang
ditunjukkan jarum amperemeter. Dengan demikian, besarnya keseksamaan dari
penunjukan jarum amperemeter dengan voltameter tembaga dapat diperhitungkan
dengan ralat perhitungan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah :
1.
Voltameter tembaga dengan
perlengkapannya = 1
set
2.
Amperemeter = 1
buah
3.
Timbangan analisa = 1
buah
4.
Tahanan geser (Rg) =
1
buah
5.
Tahanan variabel 10x10 W
(Rv) = 1
buah
6.
Sumber tegangan DC (adaptor) = 1
buah
7.
Stopwatch = 1 buah
3.2. CARA KERJA.
Cara kerja dalam
melakukan percobaan :
1.
Menghitung arus maksimum, dengan
mengukur luas permukaan katoda bila kepadatan arus 0,01 - 0,02 A/cm2
.
2.
Membersihkan elektroda dengan
kertas gosok kemudian mengukur massa elektroda dengan neraca analitis.
3.
Membuat rangkaian seperti gambar di
bawah, kita gunakan nilai i tertentu
dengan mengatur Rv (tahanan variabel). Catat harga yang ditunjukkan amperemeter
dan mengusahakan harga i tetap dengan mengatur Rg (tahanan geser).
Gambar
III.1 Rangkaian Percobaan Voltameter
4.
Setelah ± 10 menit,
aliran listrik diputus lalu elektroda dikeringkan. Kemudian elektroda tersebut
ditimbang, dan selisih berat antara berat setelah dikeringkan dengan berat awal
merupakan berat endapan.
5.
Ulangi langkah 2 - 4 sebanyak 5
kali dengan selang waktu yang sama.
6.
Ulangi langkah 2 - 5 untuk nilai
kuat arus yang lain.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. ANALISA DATA
Dari data-data hasil
percobaan maka dibuatlah analisa data sebagai berikut :
Tabel 4.1.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
0,6
0,6
0,6
|
0,15
0,17
0,12
|
600
600
600
|
Tabel 4.1.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,15
0,17
0,12
|
0
0,02
-
0,03
|
0
0,0004
0,0009
|
|
S
( X – X )2 = 0,0013
|
0,15 +
0,12 + 0,17 0,44
X =
= = 0,15
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n
( n – 1 )
0,0013 1/2
= = 0,015
6
Ralat Nisbi
:
D 0,015
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,15
=
10 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 10
% =
90 %
Tabel 4.2.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
0,9
0,9
0,9
|
0,25
0,27
0,24
|
600
600
600
|
Tabel 4.2.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,25
0,27
0,24
|
0
0,02
-
0,01
|
0
0,0004
0,0001
|
|
S
( X – X )2 = 0,0005
|
0,25 +
0,24 + 0,27 0,76
X =
= = 0,25
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n
( n – 1 )
0,0005 1/2
= = 0,009
6
Ralat Nisbi
:
D 0,009
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,25
=
3,6 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 3,6
% =
96,4 %
Tabel 4.3.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
1
1
1
|
0,35
0,33
0,35
|
600
600
600
|
Tabel 4.3.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,35
0,33
0,35
|
0,01
0,01
0,01
|
0,0001
0,0001
0,0001
|
|
S
( X – X )2 = 0,0003
|
0,35
+ 0,33 +
0,35 1,03
X = = = 0,34
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n ( n – 1 )
0,0003 1/2
= = 0,007
6
Ralat Nisbi
:
D 0,007
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,34
=
2 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 2
% = 98 %
4.2. PEMBAHASAN
1). Menghitung arus yang sebenarnya ( Is
) berdasarkan data pada :
q Tabel
4.1
G ( 0,15 +
0,0015 ) . 103
I = =
a . t 0,329 . 600
= 0,684 + 0,84 A
q Tabel
4.2
G ( 0,25 +
0,0009 ) . 103
I = =
a . t 0,329 . 600
= 1,2 + 1,3
A
q Tabel
4.3
G ( 0,15 +
0,0015 ) . 103
I =
=
a . t 0,329 . 600
= 1,69 + 1,76 A
2). Membuat grafik hubungan antara Ia (absis)
dengan Is (ordinat) dg regresi linier
BAB V
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan percobaan dan perhitungan yang telah
dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
§
Larutan elektrolit dapat bersifat
sebagai konduktor dengan disertai perubahan kimia, yaitu dengan timbulnya
endapan pada katodanya.
§
Nilai ekivalensi elektrokimia suatu
atom dapat ditentukan dengan melihat reaksi kimia yang terjadi. Dan menyangkut
dengan berat atom (Ar) maupun valensinya.
§
Hubungan antara kuat arus (i)
dengan tahanan variabel (Rv) adalah berbanding terbalik.
§
Penunjukan besarnya arus listrik
oleh jarum amperemeter selalu lebih kecil daripada kuat arus sebenarnya.
Melihat analisa diatas, dapat diketahui bahwa besarnya arus yang terbaca
pada amperemeter jauh lebih kecil daripada besar arus sesungguhnya. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
·
Kurang bersihnya dalam melakukan
penggosokan/pencucian katoda setelah terjadi endapan.
·
Ketidakstabilan arus listrik,
sehingga tahanan geser harus selalu
diatur agar besarnya arus tetap konstan.
·
Keakuratan alat ukur (terutama
neraca analitis) dan ketelitian pengukuran oleh praktikan.
·
Waktu penekanan tombol stopwatch
dan pemberian arus tidak bersamaan begitu pula saat pengamatan dihentikan.
Larutan
elektrolit dan elektroda yang dipakai tidak diperhitungkan sebagai suatu
hambatan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sears and Zemansky, “Fisika Untuk
Universitas 2”, Binacipta, Bandung, 1986.
2.
Stevenson – Moore, “Theory of
Physics”, McGill Unirversity, Departemen of Physics, W. B. Saunders Company,
Philadelphia and London, 1967.
3.
Prof.Dr.Sukardjo, “Kimia
Anorganik”, Rineka Cipta, Jakarta, 1985.
4.
Potter, E.C.,”Electro Chemistry ;
Principles and Applications”, St.Martin Press., New York, 1966.
TUGAS
TAMBAHAN
Pertanyaan
:
1.
Bagaimana hubungan antara i dengan
Rv dari persamaan yang ada ?
2.
Pada hasil percobaan yang terjadi,
perubahan fisika dan kimia seperti apa yang terjadi ?
3.
Mengapa pada air raksa tidak
terjadi perubahan kimia bila dialiri arus listrik ?
4.
Terangkan bagaimana terbentuknya
endapan dalam lempengan ?
Pembahasan
:
1.
hjghrsghsdjfghjkfsdghsdfg
2.
Pada hasil percobaan terjadi perubahan
kimia dan fisika. Perubahan fisika yang terjadi adalah dengan adanya
pertambahan massa pada lempengan katoda akibat terjadi endapan tembaga (Cu)
yang menempel pada katoda. Sedangkan perubahan kimia yang terjadi adalah adanya
perubahan ion-ion Cu dari larutan elektrolit yang digunakan menjadi unsur Cu
yang secara fisik ditandai terjadi adanya endapan pada katoda yang digunakan.
3.
Pada air raksa tidak akan terjadi
perubahan kimia bila dialiri arus listrik. Hal ini dikarenakan air raksa
sebenarnya bukan merupakan larutan melainkan merupakan logam yang secara fisik
dapat kita lihat dia sebagai zat cair, jadi bisa disebut sebagai logam cair.
Maka bila dialiri arus air raksa akan menjadi konduktor seperti halnya
logam-logam yang lain.
4.
Penjelasan terjadinya endapan pada
katoda adalah sebagai berikut. Setelah rangkaian percobaan terpasang semuanya,
kedua elektroda dihubungkan dengan sumber listrik searah (DC), elektroda yang
dihubungkan dengan kutub negatif disebut katoda sedangkan yang dihubungkan
dengan kutub positif disebut sebagai anoda. Selanjutnya ion-ion pada larutan
akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke
elektrode negatif (katoda), sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak ke arah
elektrode positif (anoda).
Pergerakan-pergerakan
muatan ion dalam larutan akan membawa energi listrik, yang disebut sebagai
peristiwa elektrolisis. Kemudian bila ion-ion dalam larutan mengalami kontak
dengan elektroda maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katoda akan mengalami
reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi. Hasil elektrolisis tergantung
dari jenis elektrolit dan juga elektroda yang digunakan.
Karena
pada percobaan ini larutan yang dipakai dalam percobaan adalah CuSO4,
maka reaksi kimia yang terjadi bila terjadi arus listrik adalah :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Anoda :
H2O 2H+ + O2-
Katoda :
Cu2+ Cu
+ 2 e-
Dari
reaksi kimia di atas, dapat dilihat bahwa Cu2+ dari larutan garam
bergerak menuju katoda.Sehingga anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai
untuk menetralkan SO42-. Sehingga dapt kita lihat pada
katoda akan terjadi endapan Cu, hal ini pun dikuatkan dengan adanya hukum
Faraday yang menyatakan bahwa “ Apabila arus i mengalir dalam t detik maka pada
kutub negatif (katoda) terjadi endapan sebesar G gram.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk mengukur besarnya kuat arus
yang mengalir dalam suatu rangkaian, kita dapat menggunakan suatu alat yang
disebut amperemeter. Dengan melihat penunjukan jarum amperemeter, kita bisa
mengetahui besarnya kuat arus. Namun nilai yang ditunjuk oleh jarum penunjuknya
sebenarnya bukan nilai kuat arus yang sebenarnya, karena amperemeter merupakan
salah satu contoh dari secondary instrument,
yang artinya bahwa harga yang ditunjukkan tidak mutlak tepat sehingga nilai
tersebut masih perlu disesuaikan.
Untuk mengetahui
keseksamaan dari jarum ampermeter, maka dilakukan percobaan dengan menggunakan
voltameter. Dengan voltameter kita dapat mengetahui besarnya arus yang mengalir
dalam rangkaian melalui suatu perhitungan dari pertambahan massa katodanya,
sebagai akibat adanya endapan.
Kita sering melihat orang menyepuh
logam dengan logam lain. Proses penyepuhan logam yang terjadi dengan perantara
suatu larutan (media) tersebut terjadi karena adanya arus listrik (beda
potensial listrik). Dari proses penyepuhan itu sendiri kita dapat mengetahui
berapa endapan logam dengan menggunakan sebuah alat yaitu voltameter.Voltameter
ini diberi nama sesuai dengan nama endapan yang terjadi pada katodanya (sebagai
indikator). Karena dalam percobaan terjadi endapan tembaga (Cu), maka disebut
voltameter tembaga.
1.2. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan tingkat keseksamaan dari penunjukan jarum amperemeter dengan
menggunakan voltameter tembaga bila dibandingkan dengan perhitungan dari hasil
percobaan dengan menggunakan persamaan/rumus yang berlaku.
1.3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang timbul
dalam percobaan ini adalah berapa besar kuat arus sesungguhnya, berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada. Hasilnya akan dibandingkan
dengan angka yang ditunjukkan oleh jarum amperemeter, sehingga diketahui
keseksamaannya.
Grafik yang menggambarkan
kuat arus yang sesungguhnya dengan kuat arus yang terbaca pada amperemeter,
akan digambarkan pula. Selanjutnya, akan dibahas kesimpulan dari percobaan ini
dan apakah telah sesuai dengan teori dasar atau tidak.
1.4. SISTEMATIKA LAPORAN
Laporan ini terdiri dari lima bab secara garis
besar dan, untuk lebih jelasnya maka susunan laporan adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang, tujuan
percobaan, permasalahan, sistematika laporan praktikum.
Bab II Dasar Teori merupakan penjelasan dan ulasan
singkat tentang teori dasar yang mendasari kegiatan percobaan yang dilakukan.
Bab III Cara Kerja dan Peralatan, dalam bab ini menerangkan tentang tata urutan
kerja yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan praktikum serta pengenalan
peralatan yang diperlukan dalam melakukan praktikum.
Bab IV Analisa Data dan Pembahasan, dalam
praktikum tentunya kita akan memperoleh data-data sehingga perlu adanya
penganalisaan lebih lanjut karena tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan
cara mengukur, tidak sempurnanya alat indera dan lain-lain. Dengan
memperhitungkan ralat-ralat dari data yang diperoleh dalam melakukan praktikum
agar mendapatkan data yang mempunyai ketelitian yang sesuai. Bab V Kesimpulan,
memberikan kesimpulan dari kegiatan praktikum yang dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI
Metal/logam dapat bertindak sebagai konduktor
listrik, akibat adanya pergerakan bebas dari elektron-elektron pada
strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut konduksi metalik.
Di dalam konduktor logam seperti
kawat tembaga atau perak, aliran listrik berupa aliran elektron. Aliran listrik
berasal dari sumber listrik seperti sel, baterai, adaptor maupun generator.
Pada setiap sumber listrik terdapat dua kutub, yaitu kutub positif dan negatif.
Antara kedua kutub ini terdapat beda potensial, akibat dari desakan atau
aktivitas elektron-elektron. Dan bila kedua kutub dihubungkan, terjadi aliran
listrik dari kutub negatif ke kutub positif melalui hubungan luar. Besarnya
arus listrik, yaitu jumlah elektron yang mengalir per satuan waktu, kecuali
tergantung beda potensial dan juga tahanan penghantarnya. Tahanan ini tergantung
pada jenis penghantar, temperatur, penampang penghantar dan panjang penghantar.
Untuk
larutan elektrolit, yang mempunyai arti penting adalah harga kebalikan dari
tahanan, yang disebut daya hantar listrik (konduktans). Besarnya arus listrik
yang mengalir tiap satuan waktu sangatlah kecil, hingga dibuat pengertian kuat
arus yang lain yang disebut ampere (i). Satu ampere adalah arus listrik, yang
tiap detik dapat mengendapkan 0,001118 gram perak (Ag) dari larutan perak
nitrat (AgNO3).Larutan elektrolit memiliki kecenderungan sebagai
konduksi listrik, dan peristiwanya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar II.1 Daya hantar
larutan elektrolit
Kedua elektroda
dihubungkan dengan sumber listrik searah (DC), elektroda yang dihubungkan
dengan kutub negatif disebut katoda sedangkan yang dihubungkan dengan kutub
positif disebut sebagai anoda. Selanjutnya ion-ion pada larutan akan bergerak
berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke elektrode negatif (katoda),
sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak ke arah elektrode positif (anoda).
Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa
energi listrik, yang disebut sebagai peristiwa elektrolisis. Kemudian bila
ion-ion dalam larutan mengalami kontak dengan elektroda maka reaksi kimia akan
terjadi. Pada katoda akan mengalami reduksi dan pada anoda akan mengalami
oksidasi. Hasil elektrolisis tergantung dari jenis elektrolit dan juga
elektroda yang digunakan.
Larutan yang dipakai dalam percobaan
adalah CuSO4, maka reaksi kimia yang terjadi bila terjadi arus
listrik adalah :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Anoda : H2O 2H+ + O2-
Katoda :
Cu2+ Cu
+ 2 e-
Dari reaksi kimia di atas, dapat
dilihat bahwa Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju
katoda.Sehingga anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai untuk menetralkan
SO42- .
Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka
untuk menghitung besarnya kuat arus diperlukan massa endapan logam di katoda.
Sesuai dengan hukum Faraday I yang menyatakan :
“Massa zat yang timbul pada elektroda karena proses
elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang mengalir
melalui larutan.”
Kemudian
dari pernyataan tersebut dapat dibuat suatu persamaan rumus seperti di bawah
ini :
G
~ q G
= a x (i x t)
G
i = a . t
G = Massa endapan logam (gr)
a = Ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)
i = Arus (Ampere)
t = Waktu (detik)
Jumlah arus
yang akan dialirkan, secara kuantitatif dinyatakan sebagai 1 Faraday, sehingga
sesuai pula dengan satuan standar kelistrikan yang menyatakan banyaknya
elektron yang melewati elektrolit adalah Coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron
= 96500 Coloumb
Sesuai dengan reaksi dan
definisi ekivalensi elektrokimia, yaitu meruipakan berat zat yang diperlukan
untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol elektron, maka harga elektrovalensi
kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:
Dari hukum Faraday, rumus
untuk mencari ekivalensi elektrokimia (a) adalah :
G G G
a = = =
(i . t) 1 Faraday 96500
Karena 1 mol Cu (63,5) gr
menghasilkan 2 mol e-, maka
diperlukan ½ mol Cu untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga harga
ekivalensi elektrokimia (a) untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut :
(½ )
G
a = gr =
0,3293 mg / C
96500
C
Setelah
ekivalensi elektrokimia diketahui maka
harga i dapat ditentukan melalui persamaan :
i = G
/ (a . t)
i = G
/ (0,3293 . t)
Kemudian
kuat arus sesungguhnya (Is) dapat dihitung dengan memasukkan jumlah
endapan pada katoda. Dan nantinya akan dibandingkan dengan harga I yang
ditunjukkan jarum amperemeter. Dengan demikian, besarnya keseksamaan dari
penunjukan jarum amperemeter dengan voltameter tembaga dapat diperhitungkan
dengan ralat perhitungan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah :
1.
Voltameter tembaga dengan
perlengkapannya = 1
set
2.
Amperemeter = 1
buah
3.
Timbangan analisa = 1
buah
4.
Tahanan geser (Rg) =
1
buah
5.
Tahanan variabel 10x10 W
(Rv) = 1
buah
6.
Sumber tegangan DC (adaptor) = 1
buah
7.
Stopwatch = 1 buah
3.2. CARA KERJA.
Cara kerja dalam
melakukan percobaan :
1.
Menghitung arus maksimum, dengan
mengukur luas permukaan katoda bila kepadatan arus 0,01 - 0,02 A/cm2
.
2.
Membersihkan elektroda dengan
kertas gosok kemudian mengukur massa elektroda dengan neraca analitis.
3.
Membuat rangkaian seperti gambar di
bawah, kita gunakan nilai i tertentu
dengan mengatur Rv (tahanan variabel). Catat harga yang ditunjukkan amperemeter
dan mengusahakan harga i tetap dengan mengatur Rg (tahanan geser).
Gambar
III.1 Rangkaian Percobaan Voltameter
4.
Setelah ± 10 menit,
aliran listrik diputus lalu elektroda dikeringkan. Kemudian elektroda tersebut
ditimbang, dan selisih berat antara berat setelah dikeringkan dengan berat awal
merupakan berat endapan.
5.
Ulangi langkah 2 - 4 sebanyak 5
kali dengan selang waktu yang sama.
6.
Ulangi langkah 2 - 5 untuk nilai
kuat arus yang lain.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. ANALISA DATA
Dari data-data hasil
percobaan maka dibuatlah analisa data sebagai berikut :
Tabel 4.1.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
0,6
0,6
0,6
|
0,15
0,17
0,12
|
600
600
600
|
Tabel 4.1.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,15
0,17
0,12
|
0
0,02
-
0,03
|
0
0,0004
0,0009
|
|
S
( X – X )2 = 0,0013
|
0,15 +
0,12 + 0,17 0,44
X =
= = 0,15
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n
( n – 1 )
0,0013 1/2
= = 0,015
6
Ralat Nisbi
:
D 0,015
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,15
=
10 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 10
% =
90 %
Tabel 4.2.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
0,9
0,9
0,9
|
0,25
0,27
0,24
|
600
600
600
|
Tabel 4.2.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,25
0,27
0,24
|
0
0,02
-
0,01
|
0
0,0004
0,0001
|
|
S
( X – X )2 = 0,0005
|
0,25 +
0,24 + 0,27 0,76
X =
= = 0,25
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n
( n – 1 )
0,0005 1/2
= = 0,009
6
Ralat Nisbi
:
D 0,009
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,25
=
3,6 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 3,6
% =
96,4 %
Tabel 4.3.a
No.
|
i (amper)
|
m (gram)
|
t (detik)
|
1.
2.
3.
|
1
1
1
|
0,35
0,33
0,35
|
600
600
600
|
Tabel 4.3.b
X
|
( X – X )
|
( X – X )2
|
0,35
0,33
0,35
|
0,01
0,01
0,01
|
0,0001
0,0001
0,0001
|
|
S
( X – X )2 = 0,0003
|
0,35
+ 0,33 +
0,35 1,03
X = = = 0,34
3
3
Ralat
Mutlak :
Dimana : n ( n – 1
) =
3 . 2 = 6
S ( X – X )2 1/2
D
=
n ( n – 1 )
0,0003 1/2
= = 0,007
6
Ralat Nisbi
:
D 0,007
I = x 100 %
= x 100 %
X 0,34
=
2 %
Keseksamaan :
K
= 100 % - I
= 100 % - 2
% = 98 %
4.2. PEMBAHASAN
1). Menghitung arus yang sebenarnya ( Is
) berdasarkan data pada :
q Tabel
4.1
G ( 0,15 +
0,0015 ) . 103
I = =
a . t 0,329 . 600
= 0,684 + 0,84 A
q Tabel
4.2
G ( 0,25 +
0,0009 ) . 103
I = =
a . t 0,329 . 600
= 1,2 + 1,3
A
q Tabel
4.3
G ( 0,15 +
0,0015 ) . 103
I =
=
a . t 0,329 . 600
= 1,69 + 1,76 A
2). Membuat grafik hubungan antara Ia (absis)
dengan Is (ordinat) dg regresi linier
BAB V
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan percobaan dan perhitungan yang telah
dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
§
Larutan elektrolit dapat bersifat
sebagai konduktor dengan disertai perubahan kimia, yaitu dengan timbulnya
endapan pada katodanya.
§
Nilai ekivalensi elektrokimia suatu
atom dapat ditentukan dengan melihat reaksi kimia yang terjadi. Dan menyangkut
dengan berat atom (Ar) maupun valensinya.
§
Hubungan antara kuat arus (i)
dengan tahanan variabel (Rv) adalah berbanding terbalik.
§
Penunjukan besarnya arus listrik
oleh jarum amperemeter selalu lebih kecil daripada kuat arus sebenarnya.
Melihat analisa diatas, dapat diketahui bahwa besarnya arus yang terbaca
pada amperemeter jauh lebih kecil daripada besar arus sesungguhnya. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
·
Kurang bersihnya dalam melakukan
penggosokan/pencucian katoda setelah terjadi endapan.
·
Ketidakstabilan arus listrik,
sehingga tahanan geser harus selalu
diatur agar besarnya arus tetap konstan.
·
Keakuratan alat ukur (terutama
neraca analitis) dan ketelitian pengukuran oleh praktikan.
·
Waktu penekanan tombol stopwatch
dan pemberian arus tidak bersamaan begitu pula saat pengamatan dihentikan.
Larutan
elektrolit dan elektroda yang dipakai tidak diperhitungkan sebagai suatu
hambatan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sears and Zemansky, “Fisika Untuk
Universitas 2”, Binacipta, Bandung, 1986.
2.
Stevenson – Moore, “Theory of
Physics”, McGill Unirversity, Departemen of Physics, W. B. Saunders Company,
Philadelphia and London, 1967.
3.
Prof.Dr.Sukardjo, “Kimia
Anorganik”, Rineka Cipta, Jakarta, 1985.
4.
Potter, E.C.,”Electro Chemistry ;
Principles and Applications”, St.Martin Press., New York, 1966.
TUGAS
TAMBAHAN
Pertanyaan
:
1.
Bagaimana hubungan antara i dengan
Rv dari persamaan yang ada ?
2.
Pada hasil percobaan yang terjadi,
perubahan fisika dan kimia seperti apa yang terjadi ?
3.
Mengapa pada air raksa tidak
terjadi perubahan kimia bila dialiri arus listrik ?
4.
Terangkan bagaimana terbentuknya
endapan dalam lempengan ?
Pembahasan
:
1.
hjghrsghsdjfghjkfsdghsdfg
2.
Pada hasil percobaan terjadi perubahan
kimia dan fisika. Perubahan fisika yang terjadi adalah dengan adanya
pertambahan massa pada lempengan katoda akibat terjadi endapan tembaga (Cu)
yang menempel pada katoda. Sedangkan perubahan kimia yang terjadi adalah adanya
perubahan ion-ion Cu dari larutan elektrolit yang digunakan menjadi unsur Cu
yang secara fisik ditandai terjadi adanya endapan pada katoda yang digunakan.
3.
Pada air raksa tidak akan terjadi
perubahan kimia bila dialiri arus listrik. Hal ini dikarenakan air raksa
sebenarnya bukan merupakan larutan melainkan merupakan logam yang secara fisik
dapat kita lihat dia sebagai zat cair, jadi bisa disebut sebagai logam cair.
Maka bila dialiri arus air raksa akan menjadi konduktor seperti halnya
logam-logam yang lain.
4.
Penjelasan terjadinya endapan pada
katoda adalah sebagai berikut. Setelah rangkaian percobaan terpasang semuanya,
kedua elektroda dihubungkan dengan sumber listrik searah (DC), elektroda yang
dihubungkan dengan kutub negatif disebut katoda sedangkan yang dihubungkan
dengan kutub positif disebut sebagai anoda. Selanjutnya ion-ion pada larutan
akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke
elektrode negatif (katoda), sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak ke arah
elektrode positif (anoda).
Pergerakan-pergerakan
muatan ion dalam larutan akan membawa energi listrik, yang disebut sebagai
peristiwa elektrolisis. Kemudian bila ion-ion dalam larutan mengalami kontak
dengan elektroda maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katoda akan mengalami
reduksi dan pada anoda akan mengalami oksidasi. Hasil elektrolisis tergantung
dari jenis elektrolit dan juga elektroda yang digunakan.
Karena
pada percobaan ini larutan yang dipakai dalam percobaan adalah CuSO4,
maka reaksi kimia yang terjadi bila terjadi arus listrik adalah :
CuSO4 Cu2+ + SO42-
Anoda :
H2O 2H+ + O2-
Katoda :
Cu2+ Cu
+ 2 e-
Dari
reaksi kimia di atas, dapat dilihat bahwa Cu2+ dari larutan garam
bergerak menuju katoda.Sehingga anoda kehilangan Cu2+ yang dipakai
untuk menetralkan SO42-. Sehingga dapt kita lihat pada
katoda akan terjadi endapan Cu, hal ini pun dikuatkan dengan adanya hukum
Faraday yang menyatakan bahwa “ Apabila arus i mengalir dalam t detik maka pada
kutub negatif (katoda) terjadi endapan sebesar G gram.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Visit My Channel
Popular Posts
Blog Archive
-
▼
2017
(80)
-
▼
May
(24)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM VISKOSITAS (M4)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GERAK PELURU (M6)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TETAPAN PEGAS (G2)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KECEPATAN SUARA DIUDARA (G1)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERCEPATAN GRAVITASI BUMI ...
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM INDEK BIAS (O2)
- TUGAS PENDAHULUAN PLAT KAPASITOR (L7)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TERMOKOPEL ( P3 )
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PLAT KAPASITOR (L7)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM VOLTAMETER (L2)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM Hukum Boyle P5
- Laporan Resmi Praktikum Tegangan Permukaan
- tugas pendahuluan Sentrifugal(M10)
- Tugas Pendahuluan Koefesien gesekan dan modulus el...
- Tugas Pendahuluan Momen inersia(M9)
- Tugas pendahuluan Bola jatuh bebas(M3)
- Tugas pendahuluan PENGUKURAN TEGANGAN PERMUKAAN(M7)
- Tugas Pendahuluan Voltameter(L2)
- Tugas Pendahuluan Viscositas Zat Cair(M4)
- Tugas Pendahuluan Panas yang Ditimbulkan Oleh Arus...
- Tugas Pendahuluan POLARIMETER(O3)
- Tugas Pendahuluan Hukum Boyle(P5)
- Tugas pendahuluan Gerak Peluru (M6)
- LAPORAN RESMI PRAKTIKUM VOLTAMETER (L2)
-
▼
May
(24)
Totalah
Search This Blog
Pos Terbaruah
Materi Mekanika Fluida Teknik Aliran Invicid Inkompresibel PDF
Materi Mekanika Fluida Teknik Aliran Invicid Inkompresibel PDF Copyright please contact the author
0 comments:
Post a Comment
SIlahkan berkomentar, mari berdiskusi. Untuk bantuan atau permintaan bisa email kami. Semoga bermanfaat :)