Another side of me

Artikel Terbaru

Friday, May 5, 2017

On May 05, 2017 by Auli in    No comments
BAB I
PENDAHULUAN



1.1  LATAR BELAKANG
Setiap zat cair memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Viskositas atau kekentalan adalah salah satu karakteristik dari zat cair, jadi bisa dikatakan bahwa setiap zat cair mempunyai nilai viskositas tertentu. Perbedaan nilai viskositas yang dimiliki oleh suatu zat cair akan memberikan pengaruh terhadap gerakan benda yang melalui zat cair tersebut.
Semakin besar viskositas makin kecil kecepatan benda yang melaluinya. Hal ini terjadi karena benda yang melalui zat cair akan mengalami hambatan oleh gaya gesek yang ditimbulkan oleh viskositas dari zat cair tersebut. Dari percobaan inilah kita mencoba untuk menentukan nilai viskositas dari beberapa zat cair dengan jalan melakukan perbandingan viskositas dari zat cair tersebut.

1.4 SISTEMATIKA LAPORAN
Laporan ini terdiri dari lima bab secara garis besar dan berisi tentang penentuan harga viskositas suatu zat cair, untuk lebih jelasnya maka susunan laporan adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang, tujuan percobaan, permasalahan, sistematika laporan praktikum. Bab II Dasar Teori merupakan penjelasan dan ulasan singkat tentang teori dasar yang mendasari kegiatan percobaan yang dilakukan. Bab III Cara Kerja dan Peralatan, dalam bab ini menerangkan tentang tata urutan kerja yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan praktikum serta pengenalan peralatan yang diperlukan dalam melakukan praktikum. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan, dalam praktikum tentunya kita akan memperoleh data-data sehingga perlu adanya penganalisaan lebih lanjut karena tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan cara mengukur, tidak sempurnanya alat indera dan lain-lain. Dengan memperhitungkan ralat-ralat dari data yang diperoleh dalam melakukan praktikum agar mendapatkan data yang mempunyai ketelitian yang sesuai. Bab V   Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari kegiatan praktikum yang dilakukan.






BAB  II
DASAR  TEORI


            Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain.
Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter.
            Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer.
Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat. Kita anggap gambar di atas sebagai aliran sebuah zat cair dalam pipa, sedangkan garis alirannya dianggap sejajar dengan dinding pipa. Karena adanya kekentalan zat cair yang ada dalam pipa, maka besarnya kecepatan gerak partikel yang terjadi pada penampang melintang tidak sama besar. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut, dan pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum.
            
                                                                                     v  
                                                                 
 


                                              Gambar II.1  Arus Laminer

Akibat lain adalah kecepatan rata-rata partikel lebih kecil daripada kecepatan partikel bila zat cairnya bersifat tak kental. Hal itu terjadi akibat adanya gesekan yang lebih besar pada zat cair yang kental.
Jika aliran kental dan tidak terlalu cepat maka aliran tersebut bersifat laminer dan disebut turbulen jika terjadi putaran/pusaran dengan kecepatan melebihi suatu harga tertentu sehingga menjadi kompleks dan pusaran-pusaran itu dinamakan vortex.
                             h . r4 . t . P
            h     =                             ……………(1)

                               8 V . L

Persamaan diatas dinamakan persamaan stokes, merupakan salah satu rumus untuk mengukur viskositas cairan dimana:

              V =   Volume cairan

               r   =  Jari - jari tabung kapiler
               t   =   Waktu mengalir melalui tabung kapiler
              P   =   Tekanan
              L =   Panjang aliran terhadap tekanan t
            Untuk menentukan viskositas suatu cairan dengan persamaan diatas tidak terlalu penting untuk mengukur semua kuantitas yang ada bila satu viskositas dari beberapa cairan referensi yaitu air yang telah diketahui secara tepat.
            Dua cairan yang berbeda bila diukur waktu alirannya pada volume yang sama dan melalui kapiler yang sama maka menurut persamaan pouseville, perbandingan dari h dua caran yaitu :
                    h1               p.P1.r4.t1.8.V.L
                 =                                    …………( 2 )    
                    h2              8.V.L.p.P2.r4.t2

            Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa P1 dan P2 berbanding lurus dengan massa jenis atau densitas kedua cairan (P1 dan P2), maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai :
                        h1              P1  .  t1
                                 =                       …………..( 3 )
                        h2             P2 . t2

Viskositas Ostwald adalah cara yang paling baik untuk mengukur kuantitas t1 dan t2 (lihat gambar).
                   Mulut                        
              Penyumbat                                     T
                                                                     S 
 






                                        Gambar. II.2 Viskositas Ostwald
            Suatu kuantitas tertentu zat cair yang dikenalkan dalam viskositas di sebuah tabung termostat dan kemudian ditarik oleh sulfon kedalam bulb sampai cairan berada di ketinggian tepat berada diatas permukaan ‘a’ kemudian dibiarkan turun sampai  ‘b’. Waktu yang diperlukan dari posisi a ke posisi b diukur, lalu h dihitung sesuai persamaan
pertama. Persamaan pertama tidaklah sempurna dan dikoreksi dengan persamaan sebagai berikut :                       
h  =   x.t  -  0,12/t
          x   =   Konstanta yang tergantung pada volume cairan, jari-jari kapiler, panjang pipa, gravitasi dan lain-lain
              t    =  Waktu yang terukur
Selain dengan metode viskositas Ostwald untuk menghitung hdapat pula menggunakan metode viskositas bola jatuh.
            Pada viskositas bola jatuh caranya adalah pertama-tama kita masukkan suatu cairan (yang akan diukur viskositasnya) kedalam sebuah tabung. Lalu sebuah bola kecil (dengan massa jenis dan diameter diketahui) dijatuhkan diatas permukaan cairan (Vo = nol). Gerakan bola mula-mula turun dipercepat sampai jarak tertentu setelah itu gerakan bola menjadi beraturan. Selama pergerakan bola mengalami gaya gesek (Fr) dan gaya apung (Fa). Mula-mula Fr = m.a kemudian F(y) = 0 (y = konstan) sehingga W = Fa + Fr (sesuai dengan gambar II.3)
 






Gambar. II.3  Viskositas bola jatuh
            Pada kecepatan konstan, gaya gesek bergantung pada h menurut dalil Stokes :
                                                Fr  =  G.p.h.r.v
dimana :     Fr = Gaya gesek
                   h  = Koefisien viskositas
                   r    = Jari-jari bola
                   v   = Kecepatan konstan
                   G  = mg   = 4/3 p r3 d (rbola - rcair) = G p h r v   
Jadi menurut dalil stokes koefisien viskositas dihitung dengan rumus :
 Untuk bola kebawah :
                 2 g r2 (rbola - rcair)
             h    =
                                       g . v

Untuk bola keatas     :

      2 g r2 (rcair - rbola)
             h    =
                                       g . v

Dari persamaan diatas dapat diturunkan persamaan apabila r bola dibanding r tabung tidak terlalu kecil maka akan diberi ralat :
            Fr = (1+1,36 r/B) dengan r = jari-jari tabung sebelah dalam
Sehingga persamaan diatas menjadi  :
                              N . (rbola - rcair)
                 h   =

                                       F . v

dimana        N = 2 r2 g/9


































BAB  III
METODOLOGI   PERCOBAAN

3.1   ALAT DAN BAHAN
·      Viskosimeter Ostwald dengan perlengkapan 1 set
·      Gelas ukur 2 buah
·      Cairan yang akan ditera
·      Pipet 1 buah
·      Viskosimeter bola jatuh dengan perlengkapan 1 set
·      Bola kaca dan besi
·      Mikrometer 1 buah
·      Stop watch 1 buah

3.2   CARA KERJA

A.    Viskosimeter Ostwald

1.   Meletakkan viskometer ostwald dengan posisi vertikal terhadap meja
                                                       Ke penghisap
                   Mulut                        
              Penyumbat                                     T
                                                                     S 
 






                                       Gambar. III.1  Viskosimeter Ostwald
2.   Membersihkan tabung viskosimeter
3.   Menuangkan 3 ml alkohol yang telah ditera melalui mulut Q
4.   Memindahkan alkohol melalui kapiler R sampai batas titik T dengan bantuan penghisap.
5.   Setelah itu buka tutup udara sehingga permukaan alkohol turun sampai titik S, catat waktu tempuh yang diperlukan alkohol turun dari titik T ke S
6.   Lakukan langkah 4-5 sampai lima kali
7.   Setelah selesai bersihkan tabung dan tutup dengan sumbat







B.  Viskosimeter Bola Jatuh


                       Permukaan cairan
                      
                   10 cm
 


                                                        50 cm   
                75 cm

 


                          
                     
                      Gambar. III.2 Viskosimeter Bola Jatuh
1.   Ukurlah diameter bola (kaca dan besi) dengan mikrometer
2.   Tentukan batas atas (sekitar 10 cm dari permukaan zat cair)
3.   Tentukan batas bawah ( 50 dan 75 cm dari batas atas )
4.   Jatuhkan bola dari permukaan zat cair
5.   Ukurlah waktu turun bola mulai dari batas atas sampai batas bawah
6.   Ulangi untuk setiap bola dan tiap batas bawah langkah 4-6 sebanyak 5 kali






















BAB  IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 ANALISA DATA

A.    Viskosimeter Oswald
Tabel A.  Untuk Alkohol  (warna pipa kapiler : merah)
No.
T-S (cm)
t (det)
t-t
(t-t)2
1.
2
5,9
- 0,06
0,0036
2.
2
5,8
- 0,16
0,0036
3.
2
6
0,04
0,0016
4.
2
6
0,04
0,0016
5.
2
6,1
0,14
0,0196

t  =  5,96

Ã¥(t-t)2 = 0,052

Ralat mutlak   =   ( 0,052 / 20 )1/2   =  0,051
Ralat nisbi       =   ( 0,051 / 5,96 ) .100%  =  0,86%
keseksamaan  =   100% - 0,86%  =  99,14%
viskositas        =   x.t – 0,12 / t  =  0,775 – 0,12 / 5,96  =  0,75 dyne.dt/cm2

B. Viskosimeter Bola Jatuh

Diameter bola besi  =             7,87 mm

Diameter bola kaca = 13,65 mm

Tabel B.1.1  Untuk Cairan Oli SAE 40

Bola  Besi

No.
50 cm

75 cm

t(dt)
t-t
(t-t)2

t(dt)
t-t
(t-t)2
1.
0,97
  0,02
0,0004

1,5
  0,16
0,0256
2.
0,91
- 0,04
0,0016

1,1
- 0,24
0,0576
3.
1,00
  0,05
0,0025

1,4
  0,06
0,0036
4.
0,91
- 0,04
0,0016

1,4
  0,06
0,0036
5.
0,95
  0,00
0,0000

1,3
- 0,04
0,0016

t =0,95

Ã¥(t-t)2=0,0061

t=1,34                   

Ã¥(t-t)2= 0,092

Untuk ketingggian 50 cm

              Ralat Mutlak   =  ( 0,0061 / 20 )1/2 = 0,02
              Ralat Nisbi      =   (0,02 / 0,95) . 100% = 2,1%
              Keseksamaan =   100% - 2,1% = 97,9%
                                            33,721 x ( 7,8 – 0,89 )
              Viskositas       =
                                              1,535 x ( 50 / 0,95)
                                      =   2,71 dyne.dt/cm2

Untuk ketinggian 75 cm

              Ralat Mutlak   =   (0,0092 / 20 )1/2  =  0,07
              Ralat Nisbi      =   (0,07 / 1,34) . 100% = 5,22%
              Keseksamaan =   100% - 5,22% = 94,78%
                                            33,721 x ( 7,8 – 0,89 )
              Viskositas       =
                                              1,535 x ( 75 / 1,34 )
                                      =    2,88 dyne.dt/cm2


Tabel B.1.2  Untuk Cairan Oli SAE 40

                                                             Bola   Kaca

No.
50 cm

75 cm

t(dt)
t-t
(t-t)2

t(dt)
t-t
(t-t)2
1.
2,3
0,16
0,0256

3,3
0,12
0,0144
2.
2,15
0,01
0,0001

3,4
0,22
0,0484
3.
2,04
- 0,1
0,01

3,2
0,02
0,0004
4.
2
- 0,14
0,0196

2,9
- 0,28
0,0784
5.
2,2
0,6
0,36

3,1
- 0,08
0,0064

t = 2,14

Ã¥(t-t)2 =0,2353

t = 3,18

 

Ã¥(t-t)2=0,0148


Untuk ketinggian 50 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,2353 / 20 )1/2  =  0,11
              Ralat Nisbi      =   ( 0,11 / 2,14 ) . 100% =  5,14%
              Keseksamaan =   100% - 5,14% = 94,86 %
                                            101,44 x ( 2,52 – 0,89 )
              Viskositas       =
                                               1,928 x ( 50 / 2.14 )
                                      =    3,276 dyne.dt/cm2

Untuk ketinggian 75 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,0148 / 20 )1/2 = 0,027 = 0,03

              Ralat Nisbi      =   ( 0,03 / 3,18 ) .100% = 0,94%

              Keseksamaan =   100% - 0,94% = 99,06%
                                            101,44 x ( 2,52 – 0,89 )
              Viskositas       =
                                              1,928 x ( 75 / 3,18 )
                                      =    2,88 dyne.dt/cm2

Tabel B.2.1  Untuk Cairan Oli SAE 30

Bola  Besi

No.
50 cm

75 cm
T(dt)
t-t
(t-t)2

t(dt)
t-t
(t-t)2
1.
0,7
- 0,08
0,0064

0,85
- 0,05
0,0025
2.
0,79
0,01
0,0001

1,1
0,2
0,04
3.
0,8
0,02
0,0004

0,8
- 0,01
0,0001
4.
0,82
0,04
0,0016

0,86
- 0,05
0,0025
5.
0,8
0,02
0,0004

0,89
- 0,01
0,0001

t = 0,78

Ã¥(t-t) = 0,0089

t = 0,9                         

Ã¥(t-t)2 = 0,0452

 

Untuk ketinggian 50 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,0089 / 20 )1/2  =  0,02
              Ralat Nisbi      =   ( 0,02 / 0,78 ) . 100% = 2,56%
              Keseksamaan =   100% - 2,56% = 97,44%
                                            33,721 x ( 7,8 – 0,89 )
              Viskositas       =
                                              1,535 x ( 50 / 0,78 )
                                      =    2,37 dyne.dt/cm2

Untuk ketinggian 75 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,0452 / 20 )1/2 = 0,048
              Ralat Nisbi      =   (0,048 / 0,9 ) . 100% = 5,33%
              Keseksamaan  = 100% - 5,33% = 94,67%
                                            33,721 x ( 7,8 – 0,89 )
              Viskositas       =
                                              1,535 x ( 75 / 0,9 )
                                      =    1,82 dyne.dt/cm2









Tabel B.2.2  Untuk Cairan Oli SAE 30

Bola  Kaca

No.
50 cm

75 cm
t(dt)
t-t
(t-t)2

t(dt)
t-t
(t-t)2
1.
2
0,09
0,0081

2,8
0,2
0,04
2.
1,95
0,04
0,0016

2,3
- 0,3
0,09
3.
1,85
- 0,06
0,0036

2,7
0,1
0,01
4.
1,9
- 0,01
0,0001

2,72
0,1
0,01
5.
1,87
- 0,04
0,0016

2,7
0,1
0,01

 

t= 1,91

 

Ã¥(t-t)= 0,015

 

t = 2,6                            

Ã¥(t-t)2 = 0,16

Untuk ketinggian 50 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,015 / 20 )1/2 = 0,027 = 0,03
              Ralat Nisbi      =   ( 0,03 / 1,91 ) . 100% = 1,57%
              Keseksamaan =   100% - 1,57% = 98,43%
                                            101,44 x ( 2,52 – 0,89 )
              Viskositas       =
                                              1,928 x ( 50 / 1,91 )
                                      =    3,67 dyne.dt/cm2

Untuk ketinggian 75 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,16 / 20 )1/2 = 0,089 = 0,09
              Ralat Nisbi      =   ( 0,09 / 2,6 ) .100% = 3,46%
              Keseksamaan =   100% - 3,46% = 96,54%
                                            101,44 x ( 2,52 – 0,89 )
              Viskositas       =
                                              1,928 x ( 75 / 2,6 )
                                      =    3,636 dyne.dt/cm2

Tabel B.3.1  Untuk Cairan Parafin

Bola  Besi

No.
50 cm

75 cm
t(dt)
t-t
(t-t)2

T(dt)
t-t
(t-t)2
1.
0,5
0
0

0,6
0,03
0,0009
2.
0,52
0,02
0,0004

0,55
- 0,02
0,0004
3.
0,49
- 0,01
0,0001

0,58
0,01
0,0001
4.
0,51
0,01
0,0001

0,57
0
0
5.
0,47
- 0,03
0,0009

0,55
- 0,02
0,0004

t = 0,5

Ã¥(t-t)2 = 0,0015

t = 0,57

Ã¥(t-t)2 = 0,0018

Untuk ketinggian 50 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,0015 / 20 )1/2 = 0,009
              Ralat Nisbi      =   ( 0,009 / 0,5 ) . 100% = 1,8%
              Keseksamaan =   100% - 1,8% = 98,2%
                                            33,721 x ( 7,8 – 0,85 )
              Viskositas       =
                                              1,535 x ( 50 / 0,5 )
                                      =    1,57 dyne.dt/cm2

Untuk ketinggian 75 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,0018 / 20 )1/2 = 0,009
              Ralat Nisbi      =   ( 0,009 / 0,57 ) . 100% = 1,58%
              Keseksamaan  = 100% - 1,58% = 98,42%
                                            33,721 x ( 7,8 – 0,85 )
              Viskositas       =
                                              1,535 x ( 75 / 0,57 )
                                      =    1,16 dyne.dt/cm2


Tabel B.3.2  Untuk Cairan Parafin
Bola  Kaca

No.
50 cm

75 cm
t(dt)
t-t
(t-t)2

t(dt)
t-t
(t-t)2
1.
0,9
0,03
0,0009

1,3
0,04
0,0016
2.
0,81
- 0,06
0,0036

1,3
0,04
0,0016
3.
0,93
0,06
0,0036

1,2
- 0,06
0,0036
4.
0,9
0,03
0,0009

1,25
- 0,01
0,0001
5.
0,83
- 0,04
0,0016

1,23
- 0,01
0,0001

t =0,87

Ã¥(t-t)2 = 0,0106

t = 1,26

Ã¥(t-t)2 =0,007

Untuk ketinggian 50 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,0106 / 20 ) 1/2  =  0,023
              Ralat Nisbi      =   ( 0,023 / 0,78) . 100% = 2,64%
              Keseksamaan  =   100% - 2,64% = 97,36%



                                            101,44 x ( 2,52 – 0,85 )
              Viskositas       =
                                              1,928 x ( 50 / 0,87 )
                                      =    1,52 dyne.dt/cm2

Untuk ketinggian 75 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,007 / 20 )1/2 = 0,19

              Ralat Nisbi      =   ( 0,19 / 1,26 ) . 100% = 15,08%

              Keseksamaan =   100% - 15,08% = 84,92%
                                            101,44 x ( 2,52 – 0,85 )
              Viskositas       =
                                              1,928 x ( 75 / 1,26 )
                                      =    1,476 dyne.dt/cm2

 

Tabel B.4.1  Untuk Cairan Minyak Kelapa

Bola  Besi

No.
50 cm

75 cm

t(dt)
t-t
(t-t)2

T(dt)
t-t
(t-t)2
1.
0,4
0
0

0,5
- 0,04
0,0016
2.
0,39
- 0,01
0,0001

0,5
- 0,04
0,0016
3.
0,41
0,01
0,0001

0, 6
- 0,04
0,0016
4.
0,42
0,02
0,0004

0,55
0,06
0,0036
5.
0,38
- 0,02
0,0004

0,59
0,06
0,0036

t = 0,4

Ã¥(t-t)2 = 0,001

t = 0,54                          

Ã¥(t-t)2 =0,012


Untuk ketinggian 50 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,001 / 20 )1/2  =  0,007
              Ralat Nisbi      =   ( 0,007 / 0,4 ) . 100% = 1,75 %
              Keseksamaan =   100% - 1,75% = 98,25%
                                            33,721 x ( 7,8 – 0,84 )
              Viskositas       =
                                               1,535 x ( 50 / 0,4 )
                                      =    1,22 dyne.dt/cm2

Untuk ketinggian 75 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,012 / 20 )1/2  =  0,02
              Ralat Nisbi      =   ( 0,02 / 0,54 ) .100% = 3,7%
              Keseksamaan =   100% - 3,7% = 96,3%
                                            33.721 x ( 7,8 – 0,84 )
              Viskositas       =
                                              1,535 x ( 75 / 0,54 )
                                      =    1,1 dyne.dt/cm2

Tabel B.4.2  Untuk Cairan Minyak Kelapa

Bola  Kaca

No.
50 cm

75 cm
t(dt)
t-t
(t-t)2

T(dt)
t-t
(t-t)2
1.
1,1
0,05
0,0025

1,8
0,14
0,0196
2.
1,02
- 0,03
0,0009

1,5
-0,16
0,0256
3.
1,06
0,01
0,0001

1,7
0,04
0,0016
4.
1,04
- 0,01
0,0001

1,6
- 0,06
0,0036
5.
1,03
- 0,03
0,0004

1,7
0,04
0,0016

t = 1,05                                  

Ã¥(t-t)2 = 0,004

t = 1,66                         

Ã¥(t-t)2= 0,052

Untuk ketinggian 50 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,004 / 20 )1/2  =  0,014
              Ralat Nisbi      =   ( 0,014 / 1,05 ) . 100%  =  1,33%
              Keseksamaan =   100% - 1,33% = 98,67%
                                            101,44 x ( 2,52 – 0,84 )
              Viskositas       =
                                              1,928 x ( 50 / 1,05 )
                                      =    1,22 dyne.dt/cm2

Untuk ketinggian 75 cm

              Ralat Mutlak   =   ( 0,052 / 20 )1/2  =  0,051

              Ralat Nisbi      =   ( 0,051 / 1,66 ) .100%  =  3,07%

              Keseksamaan =   100% - 3,07% = 96,93%
                                           101,44 x ( 2,52 – 0,84 )
              Viskositas       =
                                              1,928 x ( 75 / 1,66 )
                                      =    1,1 dyne.dt/cm2

Dari perhitungan diatas didapatkan bahwa :
                   Rata-rata Viskositas Alkohol               =  0,75  dyne.dt/cm2
                   Rata-rata Viskositas Oli SAE-40         =  3,224 dyne.dt/cm2
                   Rata-rata Viskositas Oli SAE-30         =  2,61  dyne.dt/cm2
                   Rata-rata Viskositas Parafin                 =  1,432  dyne.dt/cm2
                   Rata-rata Viskositas Minyak Kelapa    =  1,533 dyne.dt/cm2





4.2  PEMBAHASAN
Dalam percobaan menggunakan Viskosimeter Oswald, yang kami gunakan untuk mengukur viskositas alkohol setelah kami mengukur waktu yang diperlukan untuk melewati dua titik didapatkan bahwa viskositas alkohol adalah sebesar 0,75 dyne.dt/cm2. Perhitungan lebih lengkapnya dapat anda lihat pada analisa data.
            Untuk viskosimeter Oswald kami telah menghitung waktu yang diperlukan oleh bola kaca dan bola besi untuk melalui ketinggian 50 dan 75 cm untuk cairan oli SAE-40, oli SAE-30, parafin, dan minyak kelapa sehingga dapat dihitung vikositas dari masing-masing cairan sebab kecepatan terminalnya dapat dihitung yaitu sebesar l/t, massa jenis cairan dan bola sudah diketahui, waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak l sudah dihitung, percepatan gravitasi diketahui. Didapat viskositas oli SAE-40 adalah 3,224 dyne.dt/cm2, oli SAE-30 adalah 2,61 dyne.dt/cm2, parafin adalah 1,432 dyne.dt/cm2, minyak kelapa adalah 1,533 dyne.dt/cm2. Semuanya dalam satuan poise (dyne.dt/cm2). Perhitungan lebih lengkapnya dapat anda simak dalam analisa data.
            Dalam melakukan percobaan ini kami menggunakan bahan/fluida yang sifatnya inkompresibel. Suatu zat cair/fluida dikatakan bersifat inkompresibel apabila fluida tersebut diberi tekanan tidak menunjukkan perubahan yang berarti, contoh dari fluida yang bersifat inkompresibel antara lain oli, parafin, alkohol, minyak kelapa, dan lain-lain. Sedangkan fluida dikatakan bersifat kompresibel apabila fluida tersebut dikenai tekanan akan lebih besar nilai kerapatan partikelnya, salah satu contoh fluida yang bersifat kompresibel adalah udara.
            Dari semua perhitungan diatas ternyata didapat bahwa setiap zat cair memiliki derajat viskositas yang berbeda-beda. Perbedaan viskositas antar zat cair dalam percobaan ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :
1.   Jenis pipa kapiler ( Ostwald ; harga konstantanya )
2.   Diameter bola, massa jenis bola dan cairan, gravitasi dan kecepatan aliran zat cair terhadap bola ( Bola Jatuh ). Diameter bola akan berpengaruh terhadap luas permukaan bola sehingga makin luas permukaan gaya gesek yang bekerja makin besar. Massa jenis bola dan cairan mempengaruhi gaya apung (B), sementara gravitasi dan kecepatan aliran turun mempengaruhi gaya berat. Resultan ketiga gaya inilah yang nantinya menjadi dasar penurunan persamaan viskositas sehingga faktor-faktor diatas yang merupakan unsur ketiga gaya diatas berpengaruh pula terhadap viskositas zat cair tersebut.
3.   Suhu, dimana makin tingginya suhu cairan makin berkurang derajat kekentalannya. Peningkatan suhu disebabkan karena adanya intensitas gaya gesek antara bola dengan zat cair. Suhu (dalam persamaan bola jatuh) tidak dicantumkan sebagai variabel. Hal ini bukan berarti suhu tidak berpengaruh tapi karena ketika suhu berubah maka secara tidak langsung akan mempengaruhi massa jenis zat cair. Sehingga kita cukup memakai persamaan viskositas yang telah ada dengan terlebih dahulu mengetahui massa jenis zat cair maupun bola pada suhu tersebut.
              Kemudian untuk menyempurnakan hasil pengukuran maka diperlukan metode ralat (mutlak dan nisbi). Yang bertujuan untuk menunjukkan dan memperbaiki/memperkecil ketidaktelitian alat ukur, panca indera, dsb dari praktikan. Nilai akhir perhitungan (dengan ralatnya) menunjukkan suatu daerah nilai (toleransi) yang masih diakui sesuai tingkat keseksamaannya.





























BAB  V
KESIMPULAN


            Dari semua hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap cairan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, salah satunya adalah derajat kekentalan yang berbeda-beda yang dinyatakan dalam viskositas cairan.
            Untuk dapat menghitung derajat kekentalan suatu zat cair ada beberapa metode yang dapat dipakai yaitu metode “Ostwald” dan metode “Bola jatuh”. Metode “Ostwald” memakai tabung kapiler dan biasanya dipakai untuk menghitung zat cair yang kurang kental (alkohol,dsb) sedang metode “Bola jatuh” memakai sebuah tabung dan bola dan biasanya dipakai untuk zat cair yang kental (SAE 40, minyak kelapa, dsb).
Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat. Aliran tersebut terjadi dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut, dan pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum. Akibat lain adalah kecepatan rata-rata partikel lebih kecil daripada kecepatan partikel bila zat cairnya bersifat tak kental. Hal itu terjadi akibat adanya gesekan yang lebih besar pada zat cair yang kental.
Di dalam metode “Ostwald” dimana kita menganggap sifat aliran zat cair inkompresible dan Newtonian, laminer dan steady, serta kecepatan aliran dekat dengan dinding adalah nol maka dapat dihitung derajat kekentalannya dengan persamaan (yang telah dikoreksi) :
                 h = x . t - 0,12 / t                   
dimana :   x = konstanta yang tergantung pada jenis pipa kapiler yang dipakai
                 t  = waktu (detik)
Kemudian untuk menghitung derajat kekentalan pada metode “Bola Jatuh” dapat digunakan persamaan - persamaan sebagai berikut :
                 F     = 1 + 1,36 r            dimana   :    F = gaya gesek
                                                                         r  = jari - jari bola
                 Vm = S / t’                    dimana   :    Vm = kecepatan terminal
                                                                         S = jarak (Cm)
                                                                         t’ = waktu rata-rata   
h     m ( r bola - r cair )  dengan  m = 2 r2 g / 9
                F . Vm
    

            Adapun derajat kekentalan yang terdapat dalam setiap cairan dipengaruhi oleh faktor - faktor (selain semua variabel pada rumus) antara lain :
a.   Aliran zat  ( laminer, datar, turbulen )
b.   Temperatur   -    temperatur naik viskositas turun, temperatur turun viskosiatas                                                   naik
c.   Massa jenis zat cair
d.  Koefisien kekentalan.



































  


DAFTAR PUSTAKA

1.   Sears & Zemansky, “ FISIKA UNTUK UNIVERSITAS I”, edisi ke-2. Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994
2.   Dosen-dosen FMIPA ITS, “FISIKA DASAR I”, edisi 1997, penerbit Yayasan Pembina Jurusan Fisika

3.   Raymond C. Binder, “Fluid Mechanics”, edisi ke-5, penerbit Prentice-Hall of India Private,ltd. New Delhi, 1975.

0 comments:

Post a Comment

SIlahkan berkomentar, mari berdiskusi. Untuk bantuan atau permintaan bisa email kami. Semoga bermanfaat :)